Total Pageviews

Sunday, August 23, 2015

Cerpen - Ditujukan Untuk Seorang Anggota Paskib Periode 2014...



Salahkah Jika Aku Menyimpan Rasa Pada Seorang Anggota Paskib?
            Sebelumnya,aku tak pernah berpikir untuk mencari-cari cinta. Namun pada akhirnya,cinta itu datang dengan sendirinya. Secara tiba-tiba dan tak pernah terduga. Ini adalah kisah seorang cewek yang super duper cuek,pendiam,jutek,jarang senyum,keras kepala,tomboy,hobby main basket,jomblo (bukannya enggak laku-laku,Cuma aku tak pernah mau diajak pacaran,karena aku belum mendapatkan cowok yang tepat),dan sampai saat ini masih setia menunggu seseorang. Cewek itu adalah aku. Violanica Anggraini.
            Kisah ini bermula saat aku menginjakkan kakiku di SMA ini. PBB. Hal yang sangat aku benci sejak dulu. Aku tak suka baris-berbaris. Aku tak suka di bentak-bentak,dan aku tak suka jika langkah kaki ku di atur-atur.  Sebenarnya aku bisa saja membolos dari kegiatan PBB ini,namun sayangnya kedisiplinanku masih  tinggi. Dan dengan berat hati,aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan PBB yang dilaksanakan selama tiga hari.
            Saat mendengar kata PBB,dalam benakku,aku selalu membayangkan kegiatan itu sangat menyebalkan dan menguras tenaga. Aku selalu negatif thinking dengan hal itu. karena aku yakin,saat kegiatan PBB,kakak kelas pasti tidak akan segan-segan untuk membentakku jika aku melakukan kesalahan.
            Awalnya,aku tak pernah berniat untuk mencari cowok di sini. Karena sejak awal masuk SMA,aku bertekad bahwa aku akan fokus pada pelajaran. Namun apa yang terjadi? Saat hari pertama dilaksanakan kegiatan PBB itu,aku jatuh hati kepada seorang cowok. Dia memang hanya cowok paskib seperti yang lainnya. Namun ada yang berbeda dari dirinya. Satu! à dia tak pernah membentakku saat kegiatan PBB itu berlangsung sampai hari terakhir. Baru kali ini aku bertemu dengan cowok penyabar seperti dia. Dan satu lagi, aku suka dengan tatapan matanya. Tatapan matanya sangat teduh dan bisa membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa nyaman.
            Aku pikir,aku hanya ngefans saja dengan dia. Tapi ternyata aku salah. Aku harus mengakui,bahwa semenjak kegiatan PBB itu berakhir,aku sudah mulai jatuh hati dengannya. Aku berusaha untuk mendapatkan informasi tentangnya. Dan akhirnya,aku sedikit mendapatkan informasi bahwa cowok itu bernama Vino Derwaga,kelas 11 IPA 3. Ya,hanya itu informasi yang aku peroleh. Hanya bisa tahu nama dan kelasnya. Itu pun aku harus bersusah payah untuk mendapatkan informasi sekecil itu. namun aku tak pernah patah semangat dan aku akan berusaha untuk mencari tahu informasi tentangnya lagi.
---
            Sore ini,hari pertama kalinya aku mengikuti ekskul karate di sekolah SMA ku ini. Enggak tau kenapa aku milih ekskul ini. Tapi,Allah memang Maha Adil. Karena apa? Karena cowok itu juga ikutan ekskul karate disini. Betapa kagetnya aku ketika menyadari bahwa dia juga berada di tempat yang sama denganku.
Awalnya aku grogi juga menirukan geraka karate itu. karena ini adalah pertama kalinya untukku dan ditambah lagi karena ada dia.
Saat sedang asyik-asyiknya menirukan gerakan yang dicontohkan oleh pelatih karateku di depan,aku nggak sengaja menginjak kaki dia. Ya Tuhan.Bagaimana aku bisa melakukan hal bodoh seperti ini? Memalukan saja! Dan secara spontan,aku pun langsung minta maaf kepadanya. Dan dia hanya membalas ucapanku dengan anggukan dan dengan sebuah senyuman. Senyuman yang sangat teramat manis darinya. Ini juga pertama kalinya aku melihat dia senyum semanis ini. Ya Tuhan! Aku semakin terpesona dengan senyumannya.Dari barisan belakang,diam-diam aku tersenyum mengingat kejadian itu.
            ---
            Hari ini disekolahku mengadakan kegiatan perlombaan gitu. Aku lupa namanya,yang aku ingat,aku dan teman-temanku yang lainnya berjuang untuk berjualan di area sekolah ini. Dan aku masih ingat perjuanganku untuk mendapatkan foto darinya. Aku sengaja bawa kamera,ya tujuannya sih Cuma satu. Mau ngambil diam-diam foto dia. Dengan susah payah,akhirnya perjuanganku nggak sia-sia. Dan aku mendapatkan fotonya. Yeee! Mungkin dia nggak sadar bahwa selama ini aku adalah secret admirernya.
“Akhirnya aku dapet fotonya,buat kenang-kenangan” ,ucapku dalam hati sambil memindahkan foto tersebut kedalam laptop.
            Lagu  Possibility - Tiffany Alvord mengalun pelan dari mp4 playerku. Suaranya terdengar sampai ujung ruangan. Rasanya hari ini,aku ingin terus tersenyum sampai hari-hari berikutnya.
I look at you, you look at me ♬♬
I look away, so you can’t see
I’m dreaming of you
And you don’t even know, you don’t even know

That I’m falling madly in love with you, with you
And I wish that you were going crazy for me too

And I sit alone in the darkest night
My heart is pounding and I wonder why
Why am I invisible, why can’t you see?
I’m in love with you, are you in love with me?
You show some signs, but I’m not sure
It’s a secret love, and you’re the cure
I just need to know what you think about me, about me ♬♬
---
            Aku berjalan gontai menuju parkiran. Namun belum sempat aku sampai parkiran,aku melihat pemandangan yang sangat nggak mengenakkan. Aku melihat seorang cowok yang sudah tak asing lagi bagiku,sedang duduk berduaan dengan seorang cewek. Berbagai pertanyaan berputar-putar dibenakku,berbagai perasaan buruk hadir juga menambah kegelisahan hatiku. Mendadak perasaanku seperti nggak enak. Aku menyadari bahwa mereka bukanlah hanya sekedar teman. Jangan katakan jika mereka berdua adalah sepasang kekasih! Aku benci mengatakan hal ini,namun kenyataannya memang mereka adalah sepasang kekasih!
Jleb! Tak usah dipertanyakan lagi bagaimana perasaanku saat itu. Yang jelas,saat ini hatiku benar-benar hancur berkeping-keping. Baru saja aku belajar mencintai cowok itu,namun ternyata,cowok itu sudah memiliki kekasih. Aku masih berdiri mematung diseberang jalan sambil mengamati mereka dengan hati hampa. Tak terasa,akhirnya air mataku pun jatuh juga. Aku tak bisa berlama-lama melihat adegan yang menyakitkan ini,dan aku memutuskan untuk segera pergi dari tempat ini dengan air mata yang terus saja menetes tanpa bisa aku cegah.
---
Bagaimana bisa aku jatuh hati dengan pacar orang? Ini sulit untuk dipercaya! Aku,Violanica Anggraini,cewek yang sangat susah untuk jatuh cinta,dan saat benar-benar bisa jatuh cinta,aku justru malah jatuh cinta dengan orang yang salah dan aku harus segera cepat-cepat melupakannya.
---
Hujan masih berguyur deras di luar sana. Hujan di minggu pagi ini semakin membuatku malas untuk melakukan aktivitas apapun. Sedari kemarin,aku hanya berdiam diri di dalam kamar. Merenungi perbuatan bodohku selama ini. Argh,andai aku tau dari awal bahwa dia sudah punya pacar,pasti aku tak akan sampai terluka seperti ini.
---
Oh Vino Derwaga… kau tau betapa hancurnya hatiku saat ini? Tak terasa,sudah hampir dua bulan aku bersusah payah melupakannya. Namun ternyata,aku tak bisa membohongiku sendiri,bahwa hatiku masih terpaut oleh namanya. Aku pikir,dia sudah tau kalok selama ini aku diam-diam menyimpan rasa terhadapnya. Karena berulang kali aku ketahuan sedang memandanginya. Namun setiap kali pandangan mata kami bertemu,aku selalu membuang muka. Aku tak ingin melihat tatapannya itu. tatapan yang selama ini aku rindukan.
Selama dua bulan itu lah,hati ku juga semakin hancur. Karena apa? Karena mereka jadi sering pacaran di halaman parkir sekolah. Jelas saja aku selalu melihat mereka. Dan itu menyakitkan sekali! Aku sudah berusaha menepis bayangan tentangnya. Namun tak semudah yang aku pikirkan. Dan mungkin kali ini aku baru menyadari,bahwa mungkin aku sudah benar-benar jatuh cinta kepadanya.
---
Suatu hari saat aku sedang duduk-duduk di halaman parkiran bersama temanku,lagi-lagi aku melihat dia sedang bersama kekasihnya. Yang parahnya lagi,mereka bermesra-mesraan di dekatku. Ya Tuhan,rasanya air mata ini sangat ingin menetes,namun dengan sekuat tenaga aku menahannya,karena aku tak ingin dia melihatku ‘cemburu’ dengan ulahnya saat ini.
Lisa,sahabat baruku di SMA,menepuk-nepuk pelan pundakku. Ia tahu bahwa saat ini hati ku benar-benar sedang panas karena ulah cowok itu. “Yang sabar ya,Vi. Mungkin dia nggak tau kalok selama ini elo naksir sama dia..”ucapnya pelan,mencoba untuk menenangkan hatiku yang semakin hancur. Aku pun hanya mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa. Ingin rasanya aku menghajar cowok sialan itu. namun apa hak ku? Aku tak punya hak sama sekali untuk menghajarnya. Mereka memang sepasang kekasih,jadi wajar saja jika mereka bermesra-mesraan seperti itu. tapi kenapa mereka hobby banget bermesra-mesraan didepanku? Apakah cowok itu sengaja ingin membuatku cemburu? Namun apa untungnya? Arghh,mereka berdua benar-benar menyebalkan! Aku hanya bisa berdoa,semoga suatu saat nanti keadaan akan berbalik menjadi lebih baik.
---
“Vio!” teriak seseorang dari pinggir lapangan basket. Aku yang sedari tadi bermain basket ditengah lapangan,hanya menoleh sekilas ke sumber suara,lalu kembali melanjutkan bermain basket. Lisa memang sudah biasa berteriak-teriak seperti itu. ia paling nggak suka kalok aku nekat panas-panasan main basket kayak gini. Dan dia paling tau,kalok setiap kali aku ada masalah,pasti aku akan gila-gilaan main basket sampai seperti ini.
“Vio! Dengerin gue!” Lisa berucap sambil mendekatiku di tengah lapangan.  “Apa?”,tanyaku cuek sambil melemparkan bola ke dalam ring. Sejenak aku mengusap keringatku yang sedari tadi sudah membasahi wajahku. Rasanya hari ini sangat panas. Mungkin karena hatiku sedang panas-panasnya,jadi suasana hari ini ikut-ikutan memanas. namun,walaupun mau sepanas apapun cuaca hari ini,aku tetap nekat bermain basket sendirian. Dari tadi memang Lisa sudah menungguiku untuk pulang bareng. Dia takut jika ada sesuatu yang terjadi kepadaku. Meningat kondisiku yang semakin melemah.
“Sadar nggak sih lo,Vi? Udah berapa jam lo disini?” ,ucapnya sambil berkacak pinggang. Aku pun hanya cuek tanpa berniat untuk membalas ucapannya barusan. Aku memilih untuk pergi ke tengah lapangan,lalu mengambil posisi untuk melakukan three point. Namun sayang,bola enggan masuk ke dalam ring. Aku membiarkan bola itu menggelinding keluar lapangan. “Vi..” ucap Lisa sambil mengikuti langkahku.
            “Apaan sih,Lis?”tanyaku sambil menengguk air mineral. “Gue Cuma mau ngingetin kondisi lo. Lo jangan kayak gini terus. Jangan sampai Cuma gara-gara cowok paskib itu,kesehatan lo jadi drop..” ucap Lisa menasehatiku. Aku berdiam sambil menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong. Benar juga apa yang diucapkan Lisa barusan. Aku nggak boleh drop hanya karena cowok sialan itu. aku nggak boleh mikirin dia terus. Lagi pula,cowok sialan itu kan nggak pernah sama sekali memikirkanku.
            “Vio,lo kenapa?” ucap Lisa kemudian dengan nada panik. Aku pun mengerutkan kening,bingung dengan reaksi Lisa barusan. Aku kenap? Kenapa apanya? ,tanyaku dalam hati. “Itu hidung lo berdarah,Vi!” Lisa berucap semakin panik. Aku pun langsung memegang hidungku,dan menyadari bahwa ada darah segar yang mengalir dari hidungku saat ini. Buru-buru aku mengusap darah itu dengan seragam sekolahku,karena saat itu kami tidak membawa tissu ataupun sapu tangan,jadi terpaksa aku mengusapnya dengan seragam sekolahku.
            “Lo baik-baik aja,Vi?”tanya Lisa saat menyadari bahwa aku meringis kesakitan. Jujur,sebenarnya saat itu aku sedang menahan rasa sakit yang ada dihidungku. Namun aku menutupinya dari sahabatku. Aku hanya menganggukan kepala,mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja. Karena aku tak ingin membuatnya khawatir.
            “Gue kan udah bilang,inget kondisi,Vi! Jangan terlalu banyak pikiran! Tuh kan,sekarang lo jadi mimisan kayak gini..”ucapnya lagi. Aku pun hanya diam sambil mencoba berdiri dan memejamkan mata sejenak. Berharap rasa sakit ini segera hilang. Setelah beberapa menit kemudian,aku memutuskan untuk pulang kerumah. Sebenarnya Lisa ngotot ingin mengantarku pulang,namun aku tak ingin merepotkannya. Dan aku memutuskan untuk pulang sendirian.
            Saat aku sampai di koridor sekolah,aku melihat dia. Cowok sialan itu. tapi kali ini,dia sedang nggak bersama pacarnya. Sekilas mata kami bertemu beberapa detik,namun kemudian aku mengalihkan pandanganku dan berlari menjauh darinya. Bagiku,bertemu dengannya hanya akan menambah rasa sakit hati saja.
---
            Hari ini jadwalku check up ke rumah sakit biasanya. Seperti biasa,aku hanya check up sendirian,karena orang tuaku sibuk dan tak punya waktu untuk sekedar menemaniku check up. Sebenarnya aku malas sekali harus check up seperti ini,namun karena paksaan dari Bunda,akhirnya aku berangkat check up dengan malas-malasa.
            Setelah Dokter Ray selesai memeriksaku,ia duduk di kursi kerjanya sambil mengamati beberapa dokumen hasil pemeriksaanku kali ini. Di wajahnya tampak sebuah kekhawatiran. Dan itu sangat membuatku menjadi semakin penasaran. “Ada apa denganku? Apakah penyakitku sudah separah itu?”tanyaku dalam hati. Aku berharap Dokter Ray segera mau mengatakan sesuatu kepadaku. Aku sudah nggak sabar lagi ingin mengetahui hasil pemeriksaan itu. namun Dokter Ray masih saja mengamati dokumen-dokumen hasil pemeriksaan itu dengan lebih teliti lagi.
            “Bagaimana,Dokter Ray?”tanyaku memberanikan diri. Dokter Ray terlihat sedang menarik napasnya perlahan,lalu menatapku dengan pandangan iba. “Penyakitmu ini bukan hanya sesak napas biasa,Vi. Ini sudah mengarah ke penyakit yang serius..”ucapnya mencoba bersikap tegas. “Apa maksudnya,Dok?”tanyaku tak paham dengan apa yang barusan Dokter Ray ucapkan. “Menurut pemeriksaan yang telah dilakukan,kamu menderita pneumonia..”ucapnya sambil menunduk. Aku terkejut mendengar ucapan Dokter Ray. “Pneumonia? Infeksi jaringan paru?”ucapku tak percaya. Dokter Ray hanya mengangguk. “Apa dampak selanjutnya dari penyakit ini,Dok?”tanyaku dengan suara parau. Dokter Ray tidak langsung menjawab pertanyaanku. “Apakah bisa mendatangkan kematian,Dok?”tanyaku lagi.
“Penyakit ini bukan penyakit biasa,Vio. Ini termasuk penyakit mematikan. kamu tau kan,bahwa semakin lama paru-parumu akan semakin melemah?” akhirnya Dokter Ray mengeluarkan suaranya. Ia menatapku dengan tatapan iba. Aku hanya bisa berdiam diri merenungi ucapan Dokter Ray barusan. “Aku pikir,aku hanya sakit biasa,tapi ternyata penyakitku semakin memburuk. Apakah umurku juga akan semakin berkurang dengan adanya penyakit ini?”tanyaku dalam hati. Tak terasa ternyata air mataku mengalir begitu saja.
“Apa yang bisa saya lakukan agar saya bisa bertahan hidup lebih lama lagi,Dok?”tanyaku hampir frustasi. Dokter Ray terliat sedang berpikir sejenak. Lalu kemudian ia menuliskan sesuatu pada selembar kertas. Kemudian ia memberikan kertas itu kepadaku. Aku membaca kertas itu dengan tatapan bingung. Dokter Ray sepertinya menyadari kebingunganku,lalu ia berkata perlahan, “Itu resep obat yang harus kamu minum,Vio”. Spontan aku menatap dokter yang ada di depanku ini dengan pandangan tak percaya. “Semuanya?”tanyaku heran. “Ya,semuanya. Ada sembilan jenis obat yang harus kamu minum setiap harinya”ucap Dokter Ray kemudian. Aku pun hanya bisa mengangguk pasrah lalu berpamitan kepada Dokter Ray dan langsung menuju apotek untuk menebus resep obat tersebut dengan perasaan hampa.
---
Hari ini aku memutuskan untuk keluar dari ekskul karate. Aku memang hanya baru mengikuti ekskul tersebut selama tiga kali pertemuan. Tapi aku tak sanggup juga jika harus bertemu dengan dia terus di tempat karate ini. Sebenarnya bukan hanya dia penyebab aku keluar dari ekskul karate ini. Ya memang alasan pertamanya adalah karena aku ingin menghindarinya,karena jika aku terus-terusan bertemu dengannya,maka secara otomatis hatiku juga akan semakin remuk. Alasan kedua karena kondisi ku sekarang mulai menurun drastis. Mana boleh aku ikutan karate jika setelah pulang dari ekskul karate aku selalu merasakan penyakitku semakin kambuh? Jujur,aku masih pengen ikutan karate. Tapi apa daya? Mungkin ini memang jalan yang terbaik. Aku tak mungkin sanggup jika harus terus-terusan menyakitti diriku sendiri kan?
---
“Kenapa tiba-tiba keluar dari klub karate gitu aja?”tanya Lisa ketika aku hendak pulang. “Nnggak kenapa-kenapa kok..”ucapku masih sambil berjalan. “Kasih gue alasan yang jelas dong,Vi!”ucap Lisa semakin penasaran. Aku berhenti sejenak,lalu menarik napas perlahan, “Gue Cuma mau lebih fokus sama pelajaran aja.Menurut gue,sejak gue ikutan karate,waktu belajar belajar gue  jadi berkurang..”ucapku berbohong. Dan ternyata Lisa tak mudah dibohongi seperti yang aku kira. Dengan mudah ia menyadari bahwa saat ini aku sedang membohonginya.
“Apa ini ada hubungannya dengan Kak Vino?”tanya Lisa kemudian. Lisa menatapku dengan penuh tanda tanya. Namun aku terus saja membohonginya dan mencari-cari alasan yang menurutku kurang masuk akal. “Bukan. Bukan karena dia. Dan bukan karena siapa-siapa..”jawabku kemudian. “Bohong!”Lisa membalas ucapanku dengan nada ketus.
“Lo keluar dari klub karate gara-gara Kak Vino,kan? Lo takut sakit hati lagi kan,Vi? Kak Vino emang udah keterlaluan,tapi bukannya dulu lo ngotot banget ya mau ikutan karate? Masa Cuma gara-gara cowok,lo mundur gitu aja sih?” Lisa terus saja berucap,seperti ia tau segala isi hatiku. Namun semua yang diucapkannya sangat benar,dan tidak ada yang salah sama sekali.
Aku hanya diam,tak berniat untuk membalas ucapan Lisa barusan. Kemudian,tiba-tiba Lisa menyeretku ke belakang tembok. “Ngapain ngumpet-ngumpet segala?”tanyaku ketika menyadari bahwa Lisa mengajakku untuk bersembunyi. “Ssstt.. liat itu..”ucapnya sambil menunjuk kearah seseorang yang sedang berdiri di depan pintu gerbang. “Vino?”tanyaku meyakinkan. “Kayaknya dia udah mau putus deh sama pacarnya..”ucap Lisa tiba-tiba. “Hah?”ucapku refleks dengan masih memandangi kearah cowok itu. “Iya,putus. Liat aja itu. ceweknya lagi marah-marah sama Kak Vino..”ucap Lisa menambahkan. “Jangan ngaco deh! Udah biasa kalik kalok mereka berantem kayak gitu.Wajar”ucapku datar.
“Wajar? Masa iya ceweknya sampai marah-marah kayak gitu? Ketus banget lagi ngomongnya. Dihh,feeling gue mulai nggak enak nih,Vi..”ucap Lisa kemudian. “Nggak enak gimana?”tanyaku tak mengerti. “Feeling gue,sebentar lagi mereka pasti bakalan putus”ucapnya yakin. “Jangan ngomong gitu deh! Nggak baik tauk!”ucapku mulai sebal dengan tingkah Lisa. Memang diseberang sana Vino dan pacarnya sedang terlibat adu mulut. Aku nggak tau apa penyebab mereka sampai berantem seperti ini. terlihat Vino sedang berusaha bersabar dan menenangkan hati pacarnya itu,namun sayang,pacarnya malah semakin berucap dengan nada tinggi dan ketus. Jujur saja,aku nggak tega melihat dia di bentak-bentak seperti itu.
“Pergi yuk,Lis! Ngapain juga ngurusin urusan orang lain!”ucapku lalu beranjak pergi meninggalkan Lisa yang masih memperhatikan kedua orang itu yang masih saja berantem.
Firasatku,semenjak dulu saat pertama kali aku tau bahwa Vino udah punya pacar,aku selalu mengira bahwa pacarnya itu nggak pernah serius dengannya. Tapi mungkin itu hanya firasatku saja. Dan aku juga mengira bahwa hubungan mereka nggak akan bertahan lama. Arghh,apa-apaan aku ini? mengapa aku jadi mengurusi urusan mereka? Biarkan saja mereka seperti itu. toh nggak ada untungnya juga jika aku memikirkan hubungan mereka. Tapi aku hanya nggak suka dan nggak tega jika melihat Vino terus-terusan dibentak-bentak dan di marah-marahi oleh pacarnya itu tanpa alasan yang jelas.
---
Dear diary…
Saat ini aku hanya bisa menjadi secret admirernya.. bener-bener hanya bisa menjadi secret admirernya,nggak lebih.
            Hanya bisa mengamatinya dari jauh.. tak pernah berani untuk menegur sapa dengannya..
            Arghh,rasanya hati ini sakit jika melihat ia terus-terusan di bentak-bentak oleh pacarnya itu. menyebalkan sekali pacarnya! Arghh,dia seharusnya nggak boleh menyia-nyiakan cowok super baik seperti Vino itu..
            Andai saja aku yang menjadi pacarnya,aku pasti tak akan pernah membentak-bentaknya.. dan aku pasti tak akan menyakitinya..
            Vino.. aku sadar diri,jika kekasihmu jauh lebih baik dariku. Namun,apakah aku tak pantas untuk berharap banyak kepadamu? Ohh,ini seperti mimpi,bagaimana bisa aku jatuh cinta kepada cowok perfect seperti mu??
            Uhhh,aku sangat minder dengan semua ini. mana mungkin,cowok seperfect dirimu akan melirikku sekilas saja? Arghh,aku hanya kebanyakan berkhayal.
            Ternyata,susah sekali untuk melupakanmu.. uhh,ingin rasanya aku membuat segala ingatanku mengenai dirimu,tapi sayangnya aku tak mampu. Ini benar-benar rasa yang sangat menyiksa. Menyiksa dan menyebalkan sekali! Uhh,andai saja kamu menyadarinya..
---
            Seperti di hari-hari Jum’at biasanya,aku dan angkatanku yang lainnya harus mengikuti agenda kepramukaan ini. uhh,rasanya malas sekali. Tapi satu hal yang bisa bikin aku semangat saat mengikuti kepramukaan itu. apa lagi kalok bukan dia. Vino.
            Dia anggota DA di sekolahku. Kurang tau juga apa jabatannya,yang aku tau dia adalah anggota DA.
            Sebentar lagi sekolahku akan mengadakan perkemahan. Wuaahh,aku malas sekali. Bener-bener double males deh. Yang jelas dia juga ikutan. Tapi tetep aja,aku malas kemah. Hmpff.
            “Denger nggak dek?! Jangan ngalamun terus!”teriak kakak DA di sebelahku. Ternyata dari awal apel pembukaan pramuka sampai sekarang aku hanya ngelamun. Pantas saja kakak DA itu meneriaki ku. Aku pun langsung tersadar dari lamunanku dan tanpa berniat untuk menanggapi teriakan kakak DA tadi. “Sialan,gara-gara mikirin Vino,aku jadi kena bentak” rutukku dalam hati.
---
            “Hai,Vi! Gue mau cerita nih..”ucap Lisa sambil duduk disamping ku yang sedang asyik membaca buku. Tanpa menoleh kearah Lisa,aku pun hanya menganggukan kepala. “Vi,gue mau curhat beneran!”rengek Lisa sambil menutup buku yang sedang aku baca. Namun aku tak kunjung menanggapi ocehan sahabat itu. lalu Lisa berkata kembali, “serius..” Vio terlihat pasrah dengan keadaan seperti ini,aku menghela napas sebentar lalu kembali mengangguk, “Cerita aja. Ntar gue dengerin..”ucapkukemudian. “Gue lagi suka sama kakak kelas. Namanya Adam. Dia juga satu kelas sama kak Vino..” Lisa menjelaskan ceritanya dengan semangat. Setelah mendengar nama Vino disebut-sebut,tiba-tiba jantung ku kembali berdegup kencang lagi seperti biasanya. Namun aku tak pernah tau mengapa jantungku terasa berdegup lebih cepat saat mendengar nama ‘Vino’ disebut-sebut.
            “Vio!”teriak Lisa membangunkan lamunaku. “Eh? Apa?”ucapku refleks. “Dengerin curhatan gue dong!”rengek Lisa kembali. “Udah gue dengerin kok.Jadi?”ucap ku penuh dengan tanda tanya. Sebenarnya aku sama sekali nggak berminat untuk membahas cowok gebetan baru sahabatku itu,namun aku nggak tega jika harus diam saja. “Jadi?”ucap Lisa mengulangi perkataanku tadi. “Jadi bagaimana dengan cowok itu?” aku sedikit meralat pertanyaankubarusan.
            “Nggak tau. Dia itu perfect banget. Gue jadi minder sama dia..”jawab Lisa kemudian dengan ekspresi sedih. “Seperfect apa sih dia?”tanya ku penasaran,karena aku belum pernah melihat cowok seperfect itu di sekolahan. “Dia keren,cakep,pinter,terus apa lagi ya..?” Lisa terlihat sedang berpikir. “Dia juga ikutan ekskul karate..”ucapnya menambahkan. “Karate? Emang ada cowok karate yang sesuai dengan kriteria yang Lisa barusan sebutkan? Masa sih?”ucap ku dalam hati.
            “Vio…”ucap Lisa kemudian sambil mengguncangkan tubuh ku. “Apa sih,Lis?”tanya ku sebal dengan tingkah Lisa kali ini. “I-itu dia orangnya..” ucap Lisa sambil menunjuk kearah seseorang. “Yang mana sih?” Aku masih belum juga menemukan orang yang dimaksud sahabatku itu. “Yang pake sepeda,itu loh..”ucap Lisa tanpa mengalihkan pandangannya kearah cowok itu. “Oh itu”ucap ku kemudian setelah berhasil mengetahui bahwa cowok itu yang dimaksud sahabatku.
            “Ganteng banget kan,Vi?”ucap Lisa takjub. Buru-buru aku langsung menggelengkan kepala, “Biasa aja”ucapku kemudian. “Biasa? Biasa apanya? Orang cakep kayak gitu dibilang biasa!”ucap Lisa terlihat seperti tidak terima dengan ucapan ku barusan. Aku pun hanya mengangkat bahu lalu beranjak berdiri. “Gue mau pulang,udah sore,Lis..”ucapku kemudian sambil berbalik. “Eh,bwt,hari ini lo liat Vino nggak,Lis?”tanya ku kepada Lisa. “Enggak tuh. Kenapa? Kangen?”ucap Lisa sambil menggoda ku. “Ihh,enggak deh..”jawab ku dengan wajah bersemu merah.
---
            Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam. Namun aku masih juga menekuni tugas-tugasku yang berhamburan di atas meja. Ketika aku sedang menuliskan sebuah jawaban dibuku tulisku,tiba-tiba saja ada tetesan darah yang mendarat dilembaran bukuku. Secara spontan aku langsung memegang hidungku dan mendapati bahwa hidungku sudah mengeluarkan darah yang sangat banyak. Buru-buru aku mengambil tissu,lalu menyumbatkan ke hidung.
            Sudah sekian menit aku menyumbat hidungKU dengan tissu,namun darah itu masih saja terus mengalir. Kemudian aku memutuskan untuk menutup buku-bukuku lalu membaringkan tubuhku diatas tempat tidur sambil menahan rasa sakit. Ya Tuhan,aku kira setelah aku minum semua obat itu,aku nggak bakalan mimisan lagi. Tapi ternyata dugaanku salah. Justru aku malah sering mimisan. Oh,andai saja rasa sakit ini segera hilang, ucapku sambil memejamkan mata. Kali ini aku merasakan sakit yang luar biasa menjalar di dalam tubuhku. Aku pun berniat untuk tidur. Dan berharap,bahwa esok aku masih diberi kesempatan untuk membuka mata lagi.
---
            Pagi harinya,aku  terbagun dengan baju yang sudah berlumuran darah. Arghh,apakah tadi malam mimisanku belum juga berhenti? Sampai segini banyaknya kah darah dari hidungku yang keluar? ,tanyaku dalam hati sambil mengusap bajuku yang masih sedikit basah karena tetesan darah dari hidungku. Aku pun berniat untuk segera mandi agar orang lain tidak tahu bahwa semalaman aku mengalami mimisan yang luar biasa.
---
Hari ini aku sengaja berangkat pagi,karena aku udah enggak sabar buat main basket. Seperti biasa,saat aku sampai disekolahnya ternyata belum ada anak-anak yang datang. “Kayaknya aku kepagian deh datengnya”ucapku sambil berjalan mendrible bola basket.
            Tapi aku tak mempedulikan jam yang masih menunjukan pukul enam pagi,aku pun langsung mendrible bola basket dan melakukan pemanasan mengelilingi lapangan basket tiga kali.
Setelah itu,aku melakukan three point, berkali-kali aku melalukannya,tapi malah selalu gagal.Bola yang aku lemparkan selalu meleset jauh ditempat sasaran.  Bola malah menggelinding keluar lapangan.
“Kenapa sih aku?”ucap ku memarahi diriku sendiri. Aku memilih untuk duduk ditengah lapangan dan membiarkan bola itu pergi menggelinding. Kemudian aku membungkuk,meletakkan tangan dikedua lutut untuk mengatur napasku yang ngos-ngosan.
            Namun beberapa menit kemudian datang seorang cowok membawa bola basket ku yang menyebalkan tadi sambil mendrible bola tersebut.
“Main basket itu pake hati! Enggak pake emosi!”ucap seseorang dari belakang ku. Secara refleks aku pun menoleh kebelakang,dan mendapati seorang cowok yang kemarin baru dibahas oleh sahabatku itu. Seorang cowok dengan berbadan atletis dengan rambutnya yang  dikeatasin semua. Ya,mungkin hampir mirip sama pohon cemara lah. Ia tampak berjalan menghampiri ku dengan senyuman sinisnya.
 “Cuma segitu kemampuan lo ?”ucap cowok yang tadi congkak. Dengan penuh emosi,aku pun membalas ucapan cowok tadi, “Ada masalah apa sih lo?”ucapnya ketus.  Sialan banget nih cowok! Lagaknya udah kayak jagoan aja! Emang dia siapa? ,Bisik ku dalam hati.
            “Mau tau cara nembak three point yang bener ? Liat nih!”ucap cowok itu sambil melesat melewati ku sambil terus mendrible bola basket. Kemudian,dari jarak yang cukup jauh,cowok itu bersiap-siap memasukan bola. Dan..Sett! Dengan halusnya bola itu masuk kedalam ring. Cowok itu merilik ke arah ku dan menaikan satu alisnya sambil tersenyum sinis. Sepertinya cowok itu mau pamer!
            Huh,belagu banget sih jadi orang! ,Rutuk kudalam hati. Padahal sejujurnya aku kagum juga melihat gaya main basket cowok itu. Tapi aku terlalu enggan untuk mengakuinya. Aku lebih memilih untuk tidak memperlihatkan wajah kekagumanku itu.
“Gue pengen,tanding basket one on one sama elo!”ucapnya belagu.
 “Lo nggak punya lawan lain selain gue?” aku berucap sambil berkacak pinggang. Selama ini belum ada orang yang berani menantangku bermain basket secara one on one. Dan cowok itu adalah orang pertama yang menantangku bermain one on one.
“Kenapa elo takut?”balasnya masih dengan wajah sok cool. Ia melipat tangannya di depan dada,lalu tersenyum sinis kearah ku dengan pandangan meremehkan.
“Sorry ya,walaupun lo kakak kelas,tapi gue enggak akan pernah takut!” Aku menjawab dengan ketus.
            Cowok tersebut melemparkan bola basket itu kepadaku. Aku pun segera mendrible bolanya dan berusaha mendekati ring. Tetapi ketika aku sudah dekat dengan ring,bola sialan itu enggan masuk.
Bola kemudian dipegang oleh cowok itu. Dari jarak yang cukup jauh,cowok itu melakukan three point lagi. Dan… bola masuk dengan mulusnya!    
            Aku  merebut bola dan kembali berusaha membawa bola. Tetapi dengan sigapnya cowok itu berhasil merebut bola dari tangan ku. Cowok belagu itu menggiring bola,dan melakukan lemparan three point kembali. Sial! ,Umpat ku dalam hati.
Beberapa menit pun telah berlalu,sialnya skor ku tertinggal jauh dengan cowok belagu tadi. 47- 33 untuk ku.
“Masih belum nyerah juga?” ucap cowok belagu itu sambil mendrible bola di dekat ku yang terlihat sedang mengatur napas  yang mulai ngos-ngosan.
“Gue enggak akan pernah nyerah!”ucapku kemudian sambil merebut bola yang ada ditangan cowok itu,dan langsung melalukan lay up. Two point untuk ku.
            Jam sudah menunjukan pukul tujuh,tak terasa ternyata bel sudah berdering keras. Aku pun segera mengakhiri permainan basket itu. “Gue mau kekelas!”ucapku sambil mengambil bola  yang ada ditangan cowok itu.
 “Kenapa? Elo nyerah? Skor lo tuh masih jauh tauk!”ucap cowok itu masih dengan wajah congkak.
“Elo budeg? Gue berhenti karena udah bel! Bukan karena gue nyerah, cowok gila!”ucapku sambil mendorong tubuh cowok itu dengan emosi,lalu pergi meninggalkan cowok itu yang masih berdiri mematung di tengah lapangan.
---
            Sore ini,setelah pulang sekolah, aku dan Lisa berniat untuk menghabiskan waktu di taman sekolahan. Kita berdua bercerita sebanyak-banyaknya. Namun kali ini,Lisa lebih dominan yang bercerita,aku hanya mendengarkannya tanpa berniat untuk menanggapinya.
            Namun sesaat kemudian tiba-tiba,Lisa menggapai tanganku  dan meremasnya. Aku tampak bingung menghadapi gelagat sahabatku yang tiba-tiba berubah itu.
“Lis,lo nggak punya penyakit suka sama cewek kan?”tanya ku sedikit takut.
“Vi.. liat,Vi.. siapa yang datang?”ucap Lisa terbata-bata.
            Aku celingukan mencari sumber keanehan sahabatku itu. Tak lama kemudian,seorang cowok dengan pakaian karate dan tas menggantung dibahu lewat didepan kita. Cowok itu cuek banget. Tatapannya lurus kedepan tanpa memperhatikan kedua cewek yang ada disebelahnya.
            “Gila,Vi! Kak Adam cool banget!”ucap Lisa tanpa melepaskan tatapannya dari cowok itu.Aku  kembali teringat kejadian beberapa minggu yang lalu. Ingin rasanya aku menendang muka cowok itu hingga berdarah! Sialan tuh cowok! Bisa-bisanya dia dengan santainya melewati gue tanpa rasa bersalah.
            “Lis! Cowok kayak gitu enggak pantes elo idolain!”ucap ku sambil mencoba menenangkan diri.
Lisa  masih memperhatikan Adam,cowok tadi.
“Lis! Elo denger omongan gue nggak sih?”tanya ku sebal.“Vi.. tampar muka gue,Vi!”ucap Lisa dengan wajah masih mupeng.
Plak!
“Auuw! Gila lo! Emangnya muka gue bantal!”Lisa marah-marah. “Kan elo tadi yang suruh nampar,ya gue tampar sekalian!” ucap ku tanpa berdosa.
---
            Dug..dug..dug.. suara dribblean bola basket terdengar ditengah-tengah keheningan sekolah. Sekolahan sudah bubar dari dua jam yang lalu,tapi sepertinya seorang gadis masih dengan setianya bermain basket sampai-sampai ia tidak mempedulikan keringat yang sudah membanjiri wajah manisnya. Siapa lagi cewek yang nekat panas-panasan bermain basket seperti ini kalok bukan aku?
Sendirian aja ?”tanya seseorang,yang langsung membuat ku berhenti mendrible bola bakset. “Ngapain lagi kesini?”jawab ku cuek. Tiba-tiba aku langsung  bergegas membereskan peralatan basketku dan langsung mengambil tas,lalu melangkah pergi.  “Eh tunggu! Mau kemana ?”tanya cowok itu lagi.
“Pulang”jawab ku masih dengan cueknya. “Gue pengen tanding basket lagi”tawar cowok itu.
“Lain kali aja. Gue mau pulang”ucapku datar sambil beranjak pergi.
“Eh tunggu! Ini punya lo ketinggalan”ucap cowok itu telat ketika menyadari bahwa ada tas kecil yang jatuh dibawah kursi dekat ring basket.
            Aku mungkin tidak mendengarnya,karena aku terus saja berjalan tanpa mempedulikan teriakan seorang cowok tadi.
“Apa ini isinya?”tanya cowok itu penasaran. Dengan wajah yang sangat penasaran,cowok itu pun akhirnya membuka tas kecil itu. Ia hendak melihat isinya,bukan bermaksud untuk mengambilnya.
Saat cowok itu membuka tas kecil tersebut,ada kebingungan dalam raut wajahnya,ia tampak ragu dengan apa yang ada didalam tas itu. “Obat?Buat apa? Punya cewek yang tadi itu? Kenapa obatnya banyak banget?”tanya cowok itu bertubi-tubi tanpa mendapatkan sebuah jawaban yang pasti. Gue bakal balikin besok ke dia,batin cowok itu lalu melangkah pergi.
---
            “Aduh tas kecil gue kemana sih? Mati deh gue kalok tasnya sampai hilang!”ucap ku  frustasi saat menyadari bahwa tas kecil yang berisi obat-obatanku itu hilang.  “Aduh! Gue kok pikun banget kayak gini sih? Gimana  bisa coba tas itu bisa hilang? Argh,stupid banget sih gue,padahalkan semua obat gue ada didalam tas itu!”rutuk ku kesal pada diriku sendiri.
            Setelah mencari tas kecilku sampai berjam-jam,aku pun akhirnya menyerah juga. Dan aku pun memutuskan untuk mencarinya besok pagi disekolahan. Mungkin aja jatuh pas gue basket tadi.Ya udah deh,besok gue cari.Maaf ya Yah, hari ini Vio enggak minum obat.Besok Vio janji deh bakalan minum obatnya on time, batin ku lalu beranjak tidur.
---
            “Aduh,mana sih tas gue ? Gue yakin kok pasti tas gue jatuh disekitar sini!”ucap ku  kebingungan. Sudah sekitar satu jaman lebih aku mutar-mutar disekitar lapangan basket ini. Aku juga sengaja datang kesekolahan lebih pagi,karena aku berharap akan menemukan tas kecil sialan itu.
“Eh,pak-pak, liat tas kecil yang jatuh disekitar sini enggak?”tanya ku pada seorang tukang kebun sekolah.  “Enggak liat tuh,Neng. Tasnya jatuh ya,Neng?”ucap Tukang Kebun itu.
“Iya nih,Pak. Ya udah Pak,makasih”ucap ku pasrah. Tukang kebun tersebut hanya mengangguk dan langsung pergi melanjutkan pekerjaannya.
            Ih coba aja,gue enggak teledor,pasti tas sialan itu enggak bakal ilang kayak gini,ucap ku masih kesal.
“Nyari apa?”tanya seorang cowok yang kemarin itu. “Tas gue ilang!”jawab ku tanpa melihat kearah cowok itu.
“Jutek banget!”ucap seorang cowok tadi dan langsung duduk di samping ku. Aku  pun tak menjawab pertanyaan cowok itu tadi. Aku hanya menundukan wajah,karena saat ini aku benar-benar sebal dengan tas sialan itu.
“Emang tas itu penting banget ya ?”tanya cowok itu lagi. Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.
“Seberapa penting sih?”tanya cowok itu basa-basi.“Nih anak nyebelin banget sih! Pergi deh lo! Sebel gue liatnya!”ucap ku marah-marah.
“Hahahahaha”tawa cowok itu terdengar keras yang sontak saja membuat ku menoleh semakin sebal. “Enggak lucu!”teriak ku lalu mendorong tubuh cowok itu agar menjauh dari tempat dudukku. Aku kemudian berdiri dan pergi menyingkir dari cowok menyebalkan ini.
“Eh mau kemana?”tanya cowok itu menyadari bahwa aku hendak beranjak dari tempat duduk. “Pergi!”ucapku ketus.Tunggu dulu. Kenalin nih,gue Adam”ucap seorang cowok tadi sambil mengulurkan tangannya. Dia mengajak ku berkenalan.
“Peduli amat!”ucap ku cuek,sambil pergi meninggalkan cowok yang bengong dengan respon yang diberikan oleh ku. Bagaimana tidak? Cewek mana yang tidak mau berkenalan dengan cowok ganteng seperti Adam,kakak kelas itu? Tapi berbeda dengan ku,akucewek yang benar-benar tidak berniat untuk berkenalan dengan cowok tiu.
“Hey tunggu!”teriak cowok tadi sambil berlari kearah ku. “Ada apa lagi?”tanya ku  dengan wajah cuek.
 Elo nyari ini kan?tanya cowok tadi sambil menyodorkan tas kecil yang sedari tadi ia cari.
Tas gue ? Oh makasih.ucap ku datar. Lalu langsung meninggalkan cowok tadi.  Dasar cewek aneh, ucap cowok itu sambil tersenyum simpul.
---
            “Vioo!!”teriak Lisa seperti biasanya sambil berlari mendekat kearahku yang sedang duduk di taman sekolah sambil membaca novelnya. “Vio,gue punya kabar news banget!”ucap Lisa bersemangat.  “Hmm..”jawabku cuek. “Vio! Dengerin! Ini berita penting banget. Lo harus denger pokoknya!”ucap Lisa sebal. “Apa hubungannya sama gue sih?”tanyaku malas meladeni ocehan Lisa. “Berita ini ada hubungannya sama Kak Vino!”ucap Lisa masih bersemangat. Jantungku berdetak lebih cepat kembali setelah mendengar nama “Vino” disebut-sebut. “So? To the point aja deh!”ucapku malas sambil menutup novelku yang belum selesai aku baca. Lisa terlihat sedang menarik napas dalam-dalam,kemudian ia mengambil posisi untuk menyampaikan beritanya yang menurutku nggak penting-penting banget,tapi karena berita ini ada kaitannya dengan Vino,aku jadi “sedikit” penasaran dengan berita itu.
“Kak Vino akhirnya jadi putus juga sama pacarnya”ucap Lisa tersenyum bahagia. “Hah?”tanyaku refleks. Lisa kemudian menyadari tingkahku yang terbengong-bengong setelah mendengar berita “news” tersebut. “Iya,Kak Vino P-U-T-U-S sama pacarnya,Vio! Lo seharusnya seneng denger berita ini”ucap Lisa kemudian. Aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri, “bagaimana bisa Vino bisa secepat itu putus sama pacarnya?”tanyaku dalam hati. “Kenapa sih,Vi? Kok ekspresi lo aneh gitu?”tanya Lisa sambil memandangku. “Eh? Nggak kok. Btw,kenapa mereka bisa sampai putus?”tanyaku kemudian. Sebenarnya aku sama sekali tak  berminat untuk menanyakan hal itu kepada Lisa,karena aku tau pasti Lisa hanya akan menjawab pertanyaanku dengan hipotesanya saja.
            “Kalok masalah perkara putusnya,sih gue nggak tau. Tapi denger-denger,akhir-akhir ini mereka emang sering berantem nggak jelas gitu”jawab Lisa berusaha menjelaskan. Aku pun hanya berucap “oh” lalu kembali tersibuk dengan berbagai pertanyaan yang sedang berputar-putar dalam kepalaku. Kenapa mereka bisa putus? Itu salah satu pertanyaan yang masih menganjal dipikiranku.
---
            Seminggu setelah aku mendengar kabar putusnya Vino dengan pacarnya,aku jadi tambah sering banget ketemu sama Vino. Biasanya susah banget mau nyari dia,tapi sekarang tanpa berniat untuk mencarinya pun,ia sudah selalu ada di depan mata.
            Sebenarnya ada rasa kasihan juga,karena hubungan mereka harus terputus ditengah jalan seperti ini. tapi kalok mereka nggak putus-putus,aku juga nggajk tega Vino di bentak-bentak seperti ini sama pacarnya.
            Oh tidak! Walaupun sekarang Vino sedang menjomblo,aku tidak boleh terlalu berharap lagi dengannya. Karena aku harus sadar diri,kalok aku emang nggak pantas sama sekali bersanding dengannya. Aku kalah perfect dengan ‘mantan’ pacarnya itu. ohh,andai aku masih seperfect dulu..
---
            “Kenapa ngalamun?” tanya seseorang dari belakang. Aku menoleh kesumber suara sebentar,lalu mendengus sebal. “Ngomong sama gue?”tanyaku heran tanpa menoleh kearahnya lagi. Cowok itu yang ternyata adalah Adam,tak langsung menjawab pertanyaanku,ia lalu duduk disebelahku sambil memain-mainkan bola basketnya. Kemudian ia menoleh kearahkku, “Mau tanding lagi?”ucapnya sambil mengangkat bola basketnya. Aku hanya bisa menatap pasrah kearahnya,lalu segera beranjak berdiri dan memulai pertandingan.
Adam kembali tersenyum meremehkan,membuat ku semakin berambisi mengalahkannya. Pokoknya kali ini cowok itu harus mengaku kalah!
            Adam mendrible bola dan berlari medekati ring. Sementara itu aku sibuk menghadang dan dengan sigap aku dapat merebut bola. Aneh! Kenapa Adam memberikan bolanya begitu? Nggak biasanya cowok itu berbuat begitu. Biasanya dia selalu bisa merebut bola itu kembali.
            Pertandingan berlangsung cukup lama. Beberap murid yang baru keluar kelas sampai mengurungkan niat mereka untuk pulang ketika melihat dua jagoan sekolah sedang bertanding.
            Aku  sudah memasukkan lima bola ke dalam ring. Sedangkan Adam belum sama sekali. Tetapi cowok itu tetap bersikap tenang seperti biasa,sementara aku terlihat masih bersemangat untuk mengalahkannya. Sebenarnya terbesit sedikit perasaan menang dalam diri ku,tapi itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba ia tersadar..
            Aneh! Kok Adam nggak ngelawan gue sih? Biasanya dia bisa ngejar ketinggalan kalo angka dia udah ketinggalan jauh?, Aku bertanya-tanya dalam hati.
            Aku  kembali merebut bola dari tangan Adam. Kemudian melesat mendekati ring dan.. MASUK!
            Tuh kan! Adam aneh banget! Nggak mungkin dia membiarkan gue waktu gue ngebawa bola. Padahal kesempatan dia untuk ngerebut bola dari tangan gue itu banyak banget. Gue tau banget Adam jago dalam urusan taktik main basket. Tapi kenapa..
            Sett! Tiba-tiba Adam merebut bola dari tangan ku. Aku mulai tersenyum ketika mengetahui Adam mulai bereaksi. Oh,dia sengaja bikin gue menang dulu, pikir ku. Pasti dia sengaja membiarkan gue masukin bola.Oke,sekarang waktunya untuk pertandingan yang sebenarnya!, tekad ku bersemangat.
            Adam membawa bola mendekati ring. Ia mencoba mencetak angka pertamanya,tetapi..
Meleset! Bukan cuma meleset,tapi bener-bener ngawur! Tembakan Adam miring. Nggak biasanya dia kayak gitu. Adam orang yang selalu punya perhitungan kalau mau menembakan bola ke sasaran. Aneh!
            Tiba-tiba aku menghentikan langkah.Aku membanting bola basket keras-keras dan berbalik ke arah Adam.
“Heh! Kenapa sih elo enggak ngelawan gue? Kenapa elo ngalah?”teriak ku kesal.
Adam menatap ku, “Gue mau elo menang!”
            Aku  tersentak, “Denger ya,lo,Kakak Kelas! Gue emang pengen ngalahin elo! Tapi enggak gini caranya! Ini enggak fair!”aku berteriak sambil menunjuk-nunjuk wajah Adam. Adam hanya diam,mendengarkan segala kemarahan ku yang sedang meluap-luap. Namun kemudian ia kaget ketika melihat perubahan pada raut wajah ku. “Lo kenapa?”ucapnya panik sambil memegang pundak ku. “Gue nggak apa-apa..”ucapku bohong ,lalu membalikan badan,berusaha menjauh darinya. “heh! Lo jangan bohong deh!” Adam terdengar sedang berteriak. Kamudian ia sudah berada di depanku.
            “Lo nggak punya otak? Itu hidung lo berdarah! Dan lo masih bilang kalok lo nggak kenapa-napa?”ucapnya ketus sambil mengusap darah yang keluar dari hidung ku. Aku pun hanya diam seribu bahasa.
“Elo sakit?”tanyanya khawatir masih dengan menghilangkan darah yang keluar dari hidung ku dengan menggunakan bajunya.
“Kak? Eh?” ucapku ragu-ragu. Jujur aku bingung mau memanggilnya dengan sebutan apa. Bagaimanapun,dia kakak kelasku juga kan?
“Panggil aja Adam”ucap cowok itu seperti tau kebingunganku.
“Eh? Emm,Kak? Eh maksudnya Adam,itu baju lo jadi kotor”ucapku kaku.
 “Elo sakit?”tanyanya ulang. Aku  hanya menggelengkan kepala.“Ya udah,kita pulang aja ya? Ini darahnya udah bersih kok”ucapnya sambil memegang pundaku. Aku pun hanya mengganggukan kepalaku lagi,bingung harus mengatakan apa. Aku benar-benar shock dengan kejadian ini. Kejadian dimana aku  mulai mimisan lagi. Mungkin ini sebuah pertanda.
---
“Makasih ya,Dam. Udah dianterin”ucap ku setelah sampai didepan rumah.Adam pun tersenyum.. “Sama-sama. Nama lo Vio kan? Eh,Vil,hidung lo masih terasa sakit?”tanyanya kemudian.  Loh,kok dia bisa tau namaku?,tanyaku dalam hati.
“Enggak kok.Eh itu baju lo jadi kotor kayak gitu gara-gara tadi kena darah gue”ucap ku merasa bersalah.“Udah. Elo tenang aja,masalah baju sih gampang. Tinggal dicuci aja. Beres”ucapnya seraya tersenyum.
“Dam,gue masuk dulu ya?”ucapku ragu. “Oke”ucapnya.
“Vi..”ucapnya kemudian sebelum aku menutup pintu gerbang. “Ya?”tanya kudibalik pagar rumah. “Kalok ada apa-apa,hubungin gue ya?Nggak usah sungkan-sungkan..”ucapnya kemudian. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.“Jaga kesehatan,Vi”ucapnya sekali lagi dan langsung menghidupkan motornya,lalu bergegas pergi meninggalkan komplek perumahan.
            Sesaat kemudian setelah cowok itu sudah melesat jauh dengan motornya,aku masih melamun didekat pintu gerbang rumah.Aku membayangkan apa saja yang akan terjadi pada diriku setelah ini.
---
Seminggu setelah kejadian itu,kondisiku semakin menurun drastis. Hari ini aku sengaja pulang cepat. Karena aku tidak ingin anak-anak satu sekolahan lainnya melihat hidungku sedang berlumuran darah seperti ini.
Sebelum keluar dari area sekolahan,aku pergi menuju toilet sekolah dulu. Aku berniat untuk membersihkan darah segar yang masih saja mengalir indah dihidungku..
            Tuhan! Aku kenapa jadi seperti ini? Kenapa aku jadi sering mimisan seperti ini?? Aku kenapa Tuhan?! ,ucapku pelan sambil menangis didepan kaca toilet sekolah itu. Aku enggak boleh seperti ini terus! Buat apa aku minum kayak gini secara rutin,kalok aku malah jadi semakin parah! Aku.. aku enggak butuh ini lagi! ,ucapku sambil membuang beberapa bungkus obat-obatannya yang masih tersisa. Setelah itu aku membanting pintu toilet itu secara emosi lalu bergegas pergi.
---
            Aku merasa kepalakusangat berat. Dadaku  juga terasa nyeri. Untuk bernapas terasa agak sesak. Badanku benar-benar lemas,bahkan untuk menggerakkannya sedikit saja sangat sulit. Aku juga merasa hidungku sudah mulai berdarah lagi.Aku kemudian membaringkan tubuh lemahku  diatas tempat tidur.
            Kondisi seperti ini sudah biasa aku alami semenjak aku divonis menderita penyakit Pneumonia yang menggerogoti jaringan parunku. Akibat dari penyakit  itu,aku  tidak diperbolehkan untuk terlalu lelah. Kini aku  pun kelelahan. Gejala penyakitku  pun mulai muncul. Nyeri luar biasa menghantam dadaku.
            Susah payah aku menggapai meja dan mengambil tas kecilku yang berisi obat-obatan itu. Aku lalu mengambil sebuah botol kecil berisi pil ,lalu menengguknya. Membiarkan pil itu tertelan bersamaan dengan air minum yang aku teguk.
            Aku kembali membaringkan diriku di tempat tidur dan mencoba mengabaikan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhku.
            Setelah sekian lama terbaring ditempat tidur,akhirnya aku  mencoba untuk bangun. Perlahan aku berdiri dan mencoba berjalan keluar kamar. Tubuh ku terhuyung. Untung saja aku sampat berpegangan pada tembok. Namun begitu,tetap saja tidak membantu. Belum sempat aku membuka pintu kamarku,tiba-tiba aku tersungkur jatuh. Hal terakhir yang aku lihat adalah Ayah dan Bunda yang berlari ke arahku secara bersamaan.
            Setelah itu semuanya menjadi gelap.
----
            Sebuah suara terdengar samar-samar,menarik ku  dari alam bawah sadar,sehingga   kini aku benar-benar tersadar. Kepalaku terasa sangat berat. Napasku kini telah berhembus secara normal lagi. Aku merasa bersyukur. Padahal au tadi sempat mengira bahwa mungkin hidupku sudah berakhir.
            Aku  membuka mata  perlahan. Mengamati keadaan di sekitarku. Aku melihat dinding bercat putih dan aroma obat-obatan yang sangat khas. Kemudian aku menyadari bahwa tangan kiri ku telah terpasang beberapa selang infus. Aku menghela napas sebentar ,”Kenapa lagi aku?” tanyaku sabil berdecak sebal.
            Sesaat kemudian terlihat Ayah dan Bunda  memasuki ruangan. Terlihat jelas raut wajah mereka yang sangat mengkhawatirkan keadaan putri kesayangannya yang kini sedang terbaring di rumah sakit.
            Bunda memegang tanga ku, “Bagaimana keadaanmu,Nak? Sudah membaik?”tanya Bunda pada ku.Aku hanya menganggukan kepala pelan dan tersenyum kearah kedua orangtuaku yang sedang berdiri di samping tempat tidurku.
            “Aku kenapa,Yah?” pandangan ku kemudian beralih kepada Ayah yang sedari tadi hanya berdiri tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
            Ayah terlihat menarik napasnya dalam-dalam, “Apa yang saat ini kamu rasakan,Nak?”tanyanya kemudian. Aku agak heran dengan pertanyaan yang baru saja Ayahnya lontarkan. Kemudian aku menjawab , “Vio merasa baik-baik saja,Yah..”ucapku lemah.
            Seketika itu Ayah dan Bunda meneteskan air matanya perlahan sambil memandangi putrinya yang sedang terbaring lemah. Kemudian mereka berdua memeluk ku bersamaan. Masih sambil menangis sesenggukan. Aku bingung dengan kelakuan orangtuaku  kali ini. Aku merasa ada yang aneh diantara mereka. Apakah ada sesuatu yang kini membuat Ayah dan Bunda begitu bersedih sampai seperti itu? ,tanyakudalam hati.
---
            Setelah beberapa hari opname dirumah sakit,akhirnya aku bisa juga pulang kerumah. Aku kangen sekali denga suasana rumah. Dan aku juga kangen dengan suasana disekolahan.
            Pagi ini aku berniat untuk berangkat kesekolah lagi. Meski Ayah melarang,karena kondisiku belum membaik 100%,tapi aku tetap keras kepala dan berjanji pada Ayah bahwa untuk sementara waktu,aku nggak akan main basket dulu. Ayah pun menyetujui dan mengizinkanku untuk masuk kesekolah kembali.
            Jujur,aku juga sangat kangen dengan Vino. Uhh,sudah lama sekali aku tak melihatnya. Rasanya kangen ini sudah sangat memuncak sampai-sampai aku tak bisa berhenti memikirkannya.
            Hari ini juga hari penentuan perkemahan. Aku sudah mempersiapkan segala-galanya jauh hari. Karena aku sudah tidak sabar untuk mengikuti acara perkemahan itu. semoga saja pihak sekolah mengizinkanku untuk ikutan acara perkemahan itu.
            Namun saat jam istirahat pertama,aku dipanggil oleh kakak DA. Aku keluar kelas,menemui kakak DA tersebut dengan wajah malas. Setelah itu,mereka memberikanku surat keterangan bahwa aku nggak boleh ikutan kemah. Aku membaca surat itu dengan hati gamang. Di dalam surat itu tertera alasan mengapa aku nggak dibolehin ikutan kemah. Alasannya karena ‘faktor kesehatan”. Apa-apaan ini? sejak kapan mereka tahu aku penyakitan? Jangan bilang,kalok selama ini Vino juga udah tau kalok aku sakit-sakitan?,ucapku dalam hati khawatir. Jangan sampai Vino tahu kalok aku penyakitan. “Semua anggota DA udah tau isi dari surat ini,Kak?”tanyaku sesopan mungkin pada kakak DA didepanku. Sebenarnya aku nggak perlu juga harus menyanyakan pertanyaan bodoh seperti itu,tapi aku hanya ingin memastikan saja bahwa Vino nggak pernah tau tentang penyakitku.
“Semua anggota DA udah pada baca semua suratnya”jawab salah satu dari mereka santai.  Jleg. Rasanya aku pengen marah,tapi apa gunanya aku marah sama mereka,mereka hanya menjalankan tugas saja.  Sungguh disayangnya perjuanganku selama ini untuk menutupi semuanya. Dan sekarang Vino pasti udah 100% tahu semuanya tentang kondisi ku? Oh Tuhan”ucapku dalam hati. mata ku terasa panas,sepertinya air mataku akan segera tumpah. Tanpa berlama-lama disini aku langsung masuk ke kelas lagi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
---
            Dear diary..
Hari ini sangat mengecewakan.. ada dua hal yang membuatku kecewa. Pertama, gara-gara aku nggak boleh ikutan kemah. Padahal aku udah prepare segalanya. Dan aku nggak suka mereka menjadikan kondisi kesehatanku sebagai alasan.
            Kedua,selama ini aku udah berusaha untuk menutupi semuanya dari Vino. Jujur,aku nggak mau Vino tahu semuanya tentang penyakitku. Tentang kondisiku yang semakin hari semakin memburuk. Aku tak pernah menyangka bahwa akhirnya Vino bakalan mengetahui segalanya..
            Arghh,aku benar-benar nggak perfect sama sekali. Penyakitan!! Tapi,apa yang harus aku lakukan? Aku bisa apa untuk mengubah segalanya?
            Aku rasa,sekarang Vino bakalan menghindariku karena dia udah tau yang sebenarnya tentang penyakitku. Mana mau dia kenal sama cewek peyakitan sepertiku?
            Mungkin aku harus benar-benar melupakannya ya? Nggak mungkin! Mana bisa aku melupakan dia begitu saja? Ingat! Dia itu first love ku di SMA,jadi kemungkinan bakalan susah untuk ngelupain dia..
            Kecewa itu memang menguatkan,tapi lama-lama aku nggak kuat juga jika semua orang harus tau segalanya tentangku. Oh tuhan… berikan aku kemudahan.. aku percaya,bahwa semuanya akan indah pada waktunya.
---
            Siang ini aku memutuskan untuk menemani Lisa makan siang di kantin sekolahan. Dari tadi dia sudah merengek-rengek agar aku mau menemaninya makan di kantin. Sebenarnya dulu aku juga sering makan atau jajan-jajan di kantin,tapi sekarang semuanya sudah berubah. Aku nggak diperbolehkan lagi makan makanan luar. Yup! Kalian tau apa makanan yang aku konsumsi sekarang? Sayur-sayuran dan obat. Membosankan sekali. Padahal aku juga ingin makan makanan apapun tanpa mempedulikan kondisiku. Namun apa daya? Semakin aku melanggarnya,maka kondisiku akan semakin memburuk. Jadi hari ini aku memutuskan hanya menemani Lisa makan siang di kantin,tanpa berniat untuk jajan.        
“Vi..Vio! itu!”ucap Lisa bisik-bisik sambi menyenggol tanganku. Aku yang sedang sibuk membaca buku bacaanku tak menggubris ucapannya. “Vio! Itu liat!”ucapnya lagi dengan suara yang lebih keras. Akhirnya aku menyerah juga. Aku menghela napas sebentar. Pasrah. “Apaan sih,Lis?”tanyaku jengkel. “Itu. Kak Vino dari tadi ngeliatin ke arah kita terus..”ucapnya sambil menunjuk-nunjuk kearah Vino dengan dagunya. Secara refleks aku mengikuti arah yang ditunjuk oleh Lisa. Kemudian aku mendapati Vino juga sedang duduk di bangku kantin masih sambil melihat kearah kita beruda. Aku heran dengan tingkah Vino sekarang. Kenapa semenjak pulang dari perkemahan dia jadi sering banget berlama-lama ngeliatin aku? Apa mungkin dia merasa kasihan ngeliat kondisiku? Tatapan matanya beda banget. Kali ini tatapan matanya melambangkan sebuah kesedihan. Jangan bilang kalok Vino jadi kasihan sama aku?,tebakku dalam hati.
            Tak ingin berlama-lama dilihatin seperti itu,akhirnya aku bangkit dari tempat duduk,lalu langsung pergi begitu saja meninggalkan Lisa yang terbengong-bengon melihat ulahku. “Loh,Vi,mau kemana? Gue kan belum selesai makannya?”teriak Lisa.
---
            Sore ini aku ingin menghabiskan waktuku di lapangan basket sekolahan. Bukan untuk bermain basket,tapi hanya untuk menenangkan sedikit perasaanku yang tiba-tiba menjadi aneh seperti ini.
            Aku berdiri ditengah lapangan sambil mendrible bola basket dengan sembarangan. Padanganku lurus kedepan dengan tatapan kosong. Pikiranku saat ini hanya tertuju pada satu orang. Vino.
            “Kenapa cume drible aja?”tanya seorang cowok mengagetkanku. Aku menoleh sebentar kesumber suara,lalu memandang cowok itu dengan pandangan penuh tanda tanya. “Kenapa ngeliatinnya begitu?”tanya cowok itu ketika menyadari bahwa sedari tadi aku memandangnya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
            Aku berjalan gontai menuju bangku diseberang lapangan basket. Cowok itu masih saja mengikuti langkah kakiku dari belakang. “Boleh cerita kok,kalok lo pengen cerita..”ucap cowok itu menawarkan. Aku menggeleng. Aku tau,cowok itu teman sekelasnya Vino,jadi mana mungkin aku bisa bercerita dengan cowok itu.
            “Karna Vino lo jadi kayak gini?”ucap cowok itu,Adam. Seolah-olah cowok itu bisa membaca pikiranku. “Vino bikin lo sakit hati lagi?”ucap Adam kemudian. Aku menghela napas pelan. Apakah jika aku cerita semuanya pada cowok ini,perasaanku akan sedikit tenang?,tanyaku dalam hati.
            “Vino pernah cerita sama gue,kalok lo kemarin nggak ikutan kemah. Lo tau? Saat ini Vino juga agak kecewa juga. Padahal ya,dia udah semangat banget mau kemah bareng elo..”ucap Adam panjang lebar menjelaskan. Aku kaget setelah mendengar penuturan dari cowok itu. “Setelah pulang dari perkemahan,gue tau,Vino berubah. Dia terlihat lebih murung daripada biasanya. Dan lo tau,kenapa itu bisa terjadi? Itu karena dia adalah orang terakhir yang tau kalok selama ini lo sakit..”ucap Adam pelan,sepertinya ia melihat mataku yang berkaca-kaca. “Lo juga udah tau kalok gue sakit-sakitan?”tanyaku pelan. Suaraku bergetar. Aku nggak bisa membayangkan,ternyata semua orang sudah tau bahwa aku penyakitan.
            “Tenang aja,gue nggak bakalan ngejauhin lo Cuma karna faktor penyakit itu kok..”ucap Adam menenangkanku. Tapi ucapannya barusan sama sekali tidak bisa menenangkanku. “Vino Cuma cerita sama gue. dan dia minta sama gue buat ngerahasiain semua ini.Vino itu cowok yang baik. Tapi mungkin,dia enggak terlalu baik untuk lo. Karna lo lebih bisa mendapatkan cowok yang jauh lebih baik lagi dari pada Vino….”ucap Adam tiba-tiba.
            Aku heran dengan ucapnya barusan. Vino nggak pantas buatku? “Karena selama ini,dia Cuma bisa buat lo nangis kan ,Vi? Coba gue tanya,kapan dia pernah buat lo bahagia? Hampir nggak pernah kan?”ucapnya lagi. Semua yang Adam bilang barusan memang benar. Selama  ini,Vino hanya selalu membuatku sakit hati,dan mungkin aku pikir,dia nggak pernah sama sekali membuatku bahagia.
            “Tinggalin dia kalok hati lo udah bener-bener nggak kuat lagi”ucapnya sambil menepuk-nepuk pundakku,kemudian berlalu meninggalkanku yang masih merenungi ucapannya.
---
            Aku teringat dengan semua kenangan yang pernah aku lalui bersama Vino. Aku tau,itu mungkin bukan kenangan yang berarti untuk Vino,tapi aku selalu menyimpan kenangan itu dalam pikiranku,juga hatiku.
            Malam ini,aku berpikir ulang tentang semuanya. Tentang Vino,tenang segala kenanganku,dan tentang ucapan Adam tadi sore di lapangn basket. Apakah kali ini aku benar-benar harus melupakannya untuk selama-lamanya?,tanyaku dalam hati sambil membuka folder bernama “Vino’s Secret” di dalam laptopku. Di dalam folder tersebut,tersimpan banyak foto-foto dirinya,dan juga hasil gambaranku yang sengaja aku gambar untuknya.
            Kemudian aku mengeblock semua file yang ada dalam folder tersebut,lalu menghapusnya. Setelah itu,aku membuka recycle bin,lalu menghapus kembali file-file tersebut. Kali ini,entah keberanian dari mana,akhirnya aku bisa juga menghapus semuanya yang berhubungan dengan Vino.
            Ya,ini memang sudah waktunya aku untuk melupakan semua tentang Vino. Benar-benar melupakannya untuk selama-lamanya.
---
            Dear diary…
Aku memutuskan untuk mengakhiri segala cerita ini…
Mungkin aku terlalu lelah dengan semua kenyataan ini…
Maafkan aku,Vino…
Mulai sekarang,aku berhenti menjadi secret admirermu…
Aku pikir,jika aku terus-terusan terjebak dengan rasa ini,mungkin itu hanya akan mendatangkan rasa sakit…
Adam benar,kamu memang baik..
Dan mungkin lebih baik lagi,jika kita melanjutkan dunia kita masing-masing..
Aku cukup sadar diri,Vino…
Aku memang tak seperfect mantanmu.. tapi aku punya satu kelebihan dibanding mantan mu itu..
Yaitu,aku mampu bertahan dengan semua luka yang kau berikan selama ini…
Terimakasih….
---



 
           






            -The End-