Salahkah Jika Aku
Menyimpan Rasa Pada Seorang Anggota Paskib?
Sebelumnya,aku tak pernah
berpikir untuk mencari-cari cinta. Namun pada akhirnya,cinta itu datang dengan sendirinya.
Secara tiba-tiba dan tak pernah terduga. Ini adalah kisah seorang cewek yang
super duper cuek,pendiam,jutek,jarang senyum,keras kepala,tomboy,hobby main
basket,jomblo (bukannya enggak laku-laku,Cuma aku tak pernah mau diajak
pacaran,karena aku belum mendapatkan cowok yang tepat),dan sampai saat ini
masih setia menunggu seseorang. Cewek itu adalah aku. Violanica Anggraini.
Kisah ini bermula saat
aku menginjakkan kakiku di SMA ini. PBB. Hal yang sangat aku benci sejak dulu.
Aku tak suka baris-berbaris. Aku tak suka di bentak-bentak,dan aku tak suka
jika langkah kaki ku di atur-atur.
Sebenarnya aku bisa saja membolos dari kegiatan PBB ini,namun sayangnya
kedisiplinanku masih tinggi. Dan dengan
berat hati,aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan PBB yang dilaksanakan selama
tiga hari.
Saat mendengar kata
PBB,dalam benakku,aku selalu membayangkan kegiatan itu sangat menyebalkan dan
menguras tenaga. Aku selalu negatif thinking dengan hal itu. karena aku
yakin,saat kegiatan PBB,kakak kelas pasti tidak akan segan-segan untuk
membentakku jika aku melakukan kesalahan.
Awalnya,aku tak pernah
berniat untuk mencari cowok di sini. Karena sejak awal masuk SMA,aku bertekad
bahwa aku akan fokus pada pelajaran. Namun apa yang terjadi? Saat hari pertama
dilaksanakan kegiatan PBB itu,aku jatuh hati kepada seorang cowok. Dia memang
hanya cowok paskib seperti yang lainnya. Namun ada yang berbeda dari dirinya.
Satu! à dia tak pernah membentakku saat kegiatan PBB itu
berlangsung sampai hari terakhir. Baru kali ini aku bertemu dengan cowok
penyabar seperti dia. Dan satu lagi, aku suka dengan tatapan matanya. Tatapan
matanya sangat teduh dan bisa membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa nyaman.
Aku pikir,aku hanya
ngefans saja dengan dia. Tapi ternyata aku salah. Aku harus mengakui,bahwa
semenjak kegiatan PBB itu berakhir,aku sudah mulai jatuh hati dengannya. Aku
berusaha untuk mendapatkan informasi tentangnya. Dan akhirnya,aku sedikit mendapatkan
informasi bahwa cowok itu bernama Vino Derwaga,kelas 11 IPA 3. Ya,hanya itu
informasi yang aku peroleh. Hanya bisa tahu nama dan kelasnya. Itu pun aku
harus bersusah payah untuk mendapatkan informasi sekecil itu. namun aku tak
pernah patah semangat dan aku akan berusaha untuk mencari tahu informasi
tentangnya lagi.
---
Sore ini,hari pertama
kalinya aku mengikuti ekskul karate di sekolah SMA ku ini. Enggak tau kenapa
aku milih ekskul ini. Tapi,Allah memang Maha Adil. Karena apa? Karena cowok itu
juga ikutan ekskul karate disini. Betapa kagetnya aku ketika menyadari bahwa dia
juga berada di tempat yang sama denganku.
Awalnya aku grogi juga menirukan
geraka karate itu. karena ini adalah pertama kalinya untukku dan ditambah lagi
karena ada dia.
Saat sedang asyik-asyiknya menirukan
gerakan yang dicontohkan oleh pelatih karateku di depan,aku nggak sengaja
menginjak kaki dia. Ya Tuhan.Bagaimana
aku bisa melakukan hal bodoh seperti ini? Memalukan saja! Dan secara
spontan,aku pun langsung minta maaf kepadanya. Dan dia hanya membalas ucapanku
dengan anggukan dan dengan sebuah senyuman. Senyuman yang sangat teramat manis
darinya. Ini juga pertama kalinya aku melihat dia senyum semanis ini. Ya Tuhan!
Aku semakin terpesona dengan senyumannya.Dari barisan belakang,diam-diam aku
tersenyum mengingat kejadian itu.
---
Hari ini disekolahku
mengadakan kegiatan perlombaan gitu. Aku lupa namanya,yang aku ingat,aku dan
teman-temanku yang lainnya berjuang untuk berjualan di area sekolah ini. Dan
aku masih ingat perjuanganku untuk mendapatkan foto darinya. Aku sengaja bawa
kamera,ya tujuannya sih Cuma satu. Mau ngambil diam-diam foto dia. Dengan susah
payah,akhirnya perjuanganku nggak sia-sia. Dan aku mendapatkan fotonya. Yeee!
Mungkin dia nggak sadar bahwa selama ini aku adalah secret admirernya.
“Akhirnya aku dapet
fotonya,buat kenang-kenangan” ,ucapku dalam hati sambil
memindahkan foto tersebut kedalam laptop.
Lagu
Possibility - Tiffany Alvord♬ mengalun pelan dari
mp4 playerku. Suaranya terdengar sampai ujung ruangan. Rasanya hari ini,aku
ingin terus tersenyum sampai hari-hari berikutnya.
I look at you, you look at me ♬♬
I look away, so you can’t see
I’m dreaming of you
And you don’t even know, you don’t even know
That I’m falling madly in love with you, with you
And I wish that you were going crazy for me too
And I sit alone in the darkest night
My heart is pounding and I wonder why
Why am I invisible, why can’t you see?
I’m in love with you, are you in love with me?
You show some signs, but I’m not sure
It’s a secret love, and you’re the cure
I just need to know what you think about me, about me ♬♬
---
Aku berjalan gontai
menuju parkiran. Namun belum sempat aku sampai parkiran,aku melihat pemandangan
yang sangat nggak mengenakkan. Aku melihat seorang cowok yang sudah tak asing
lagi bagiku,sedang duduk berduaan dengan seorang cewek. Berbagai pertanyaan
berputar-putar dibenakku,berbagai perasaan buruk hadir juga menambah
kegelisahan hatiku. Mendadak perasaanku seperti nggak enak. Aku menyadari bahwa
mereka bukanlah hanya sekedar teman. Jangan katakan jika mereka berdua adalah
sepasang kekasih! Aku benci mengatakan hal ini,namun kenyataannya memang mereka
adalah sepasang kekasih!
Jleb! Tak usah dipertanyakan lagi
bagaimana perasaanku saat itu. Yang jelas,saat ini hatiku benar-benar hancur
berkeping-keping. Baru saja aku belajar mencintai cowok itu,namun
ternyata,cowok itu sudah memiliki kekasih. Aku masih berdiri mematung
diseberang jalan sambil mengamati mereka dengan hati hampa. Tak terasa,akhirnya
air mataku pun jatuh juga. Aku tak bisa berlama-lama melihat adegan yang
menyakitkan ini,dan aku memutuskan untuk segera pergi dari tempat ini dengan
air mata yang terus saja menetes tanpa bisa aku cegah.
---
Bagaimana bisa aku jatuh hati dengan
pacar orang? Ini sulit untuk dipercaya! Aku,Violanica Anggraini,cewek yang
sangat susah untuk jatuh cinta,dan saat benar-benar bisa jatuh cinta,aku justru
malah jatuh cinta dengan orang yang salah dan aku harus segera cepat-cepat
melupakannya.
---
Hujan masih berguyur deras di luar
sana. Hujan di minggu pagi ini semakin membuatku malas untuk melakukan
aktivitas apapun. Sedari kemarin,aku hanya berdiam diri di dalam kamar.
Merenungi perbuatan bodohku selama ini. Argh,andai aku tau dari awal bahwa dia
sudah punya pacar,pasti aku tak akan sampai terluka seperti ini.
---
Oh Vino Derwaga… kau tau betapa
hancurnya hatiku saat ini? Tak terasa,sudah hampir dua bulan aku bersusah payah
melupakannya. Namun ternyata,aku tak bisa membohongiku sendiri,bahwa hatiku
masih terpaut oleh namanya. Aku pikir,dia sudah tau kalok selama ini aku
diam-diam menyimpan rasa terhadapnya. Karena berulang kali aku ketahuan sedang
memandanginya. Namun setiap kali pandangan mata kami bertemu,aku selalu
membuang muka. Aku tak ingin melihat tatapannya itu. tatapan yang selama ini
aku rindukan.
Selama dua bulan itu lah,hati ku
juga semakin hancur. Karena apa? Karena mereka jadi sering pacaran di halaman
parkir sekolah. Jelas saja aku selalu melihat mereka. Dan itu menyakitkan
sekali! Aku sudah berusaha menepis bayangan tentangnya. Namun tak semudah yang
aku pikirkan. Dan mungkin kali ini aku baru menyadari,bahwa mungkin aku sudah
benar-benar jatuh cinta kepadanya.
---
Suatu hari saat aku sedang
duduk-duduk di halaman parkiran bersama temanku,lagi-lagi aku melihat dia
sedang bersama kekasihnya. Yang parahnya lagi,mereka bermesra-mesraan di
dekatku. Ya Tuhan,rasanya air mata ini sangat ingin menetes,namun dengan sekuat
tenaga aku menahannya,karena aku tak ingin dia melihatku ‘cemburu’ dengan
ulahnya saat ini.
Lisa,sahabat baruku di SMA,menepuk-nepuk
pelan pundakku. Ia tahu bahwa saat ini hati ku benar-benar sedang panas karena
ulah cowok itu. “Yang sabar ya,Vi. Mungkin dia nggak tau kalok selama ini elo
naksir sama dia..”ucapnya pelan,mencoba untuk menenangkan hatiku yang semakin
hancur. Aku pun hanya mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa. Ingin rasanya aku
menghajar cowok sialan itu. namun apa hak ku? Aku tak punya hak sama sekali
untuk menghajarnya. Mereka memang sepasang kekasih,jadi wajar saja jika mereka
bermesra-mesraan seperti itu. tapi kenapa mereka hobby banget bermesra-mesraan
didepanku? Apakah cowok itu sengaja ingin membuatku cemburu? Namun apa
untungnya? Arghh,mereka berdua benar-benar menyebalkan! Aku hanya bisa
berdoa,semoga suatu saat nanti keadaan akan berbalik menjadi lebih baik.
---
“Vio!” teriak seseorang dari pinggir
lapangan basket. Aku yang sedari tadi bermain basket ditengah lapangan,hanya
menoleh sekilas ke sumber suara,lalu kembali melanjutkan bermain basket. Lisa
memang sudah biasa berteriak-teriak seperti itu. ia paling nggak suka kalok aku
nekat panas-panasan main basket kayak gini. Dan dia paling tau,kalok setiap
kali aku ada masalah,pasti aku akan gila-gilaan main basket sampai seperti ini.
“Vio! Dengerin gue!” Lisa berucap
sambil mendekatiku di tengah lapangan.
“Apa?”,tanyaku cuek sambil melemparkan bola ke dalam ring. Sejenak aku
mengusap keringatku yang sedari tadi sudah membasahi wajahku. Rasanya hari ini
sangat panas. Mungkin karena hatiku sedang panas-panasnya,jadi suasana hari ini
ikut-ikutan memanas. namun,walaupun mau sepanas apapun cuaca hari ini,aku tetap
nekat bermain basket sendirian. Dari tadi memang Lisa sudah menungguiku untuk
pulang bareng. Dia takut jika ada sesuatu yang terjadi kepadaku. Meningat
kondisiku yang semakin melemah.
“Sadar nggak sih lo,Vi? Udah berapa
jam lo disini?” ,ucapnya sambil berkacak pinggang. Aku pun hanya cuek tanpa
berniat untuk membalas ucapannya barusan. Aku memilih untuk pergi ke tengah
lapangan,lalu mengambil posisi untuk melakukan three point. Namun sayang,bola
enggan masuk ke dalam ring. Aku membiarkan bola itu menggelinding keluar
lapangan. “Vi..” ucap Lisa sambil mengikuti langkahku.
“Apaan sih,Lis?”tanyaku
sambil menengguk air mineral. “Gue Cuma mau ngingetin kondisi lo. Lo jangan
kayak gini terus. Jangan sampai Cuma gara-gara cowok paskib itu,kesehatan lo
jadi drop..” ucap Lisa menasehatiku. Aku berdiam sambil menatap lurus kedepan
dengan pandangan kosong. Benar juga apa yang diucapkan Lisa barusan. Aku nggak
boleh drop hanya karena cowok sialan itu. aku nggak boleh mikirin dia terus.
Lagi pula,cowok sialan itu kan nggak pernah sama sekali memikirkanku.
“Vio,lo kenapa?” ucap
Lisa kemudian dengan nada panik. Aku pun mengerutkan kening,bingung dengan
reaksi Lisa barusan. Aku kenap? Kenapa
apanya? ,tanyaku dalam hati. “Itu hidung lo berdarah,Vi!” Lisa berucap
semakin panik. Aku pun langsung memegang hidungku,dan menyadari bahwa ada darah
segar yang mengalir dari hidungku saat ini. Buru-buru aku mengusap darah itu
dengan seragam sekolahku,karena saat itu kami tidak membawa tissu ataupun sapu
tangan,jadi terpaksa aku mengusapnya dengan seragam sekolahku.
“Lo baik-baik
aja,Vi?”tanya Lisa saat menyadari bahwa aku meringis kesakitan. Jujur,sebenarnya
saat itu aku sedang menahan rasa sakit yang ada dihidungku. Namun aku
menutupinya dari sahabatku. Aku hanya menganggukan kepala,mengisyaratkan bahwa
aku baik-baik saja. Karena aku tak ingin membuatnya khawatir.
“Gue kan udah
bilang,inget kondisi,Vi! Jangan terlalu banyak pikiran! Tuh kan,sekarang lo
jadi mimisan kayak gini..”ucapnya lagi. Aku pun hanya diam sambil mencoba
berdiri dan memejamkan mata sejenak. Berharap rasa sakit ini segera hilang.
Setelah beberapa menit kemudian,aku memutuskan untuk pulang kerumah. Sebenarnya
Lisa ngotot ingin mengantarku pulang,namun aku tak ingin merepotkannya. Dan aku
memutuskan untuk pulang sendirian.
Saat aku sampai di
koridor sekolah,aku melihat dia. Cowok sialan itu. tapi kali ini,dia sedang
nggak bersama pacarnya. Sekilas mata kami bertemu beberapa detik,namun kemudian
aku mengalihkan pandanganku dan berlari menjauh darinya. Bagiku,bertemu
dengannya hanya akan menambah rasa sakit hati saja.
---
Hari ini jadwalku check
up ke rumah sakit biasanya. Seperti biasa,aku hanya check up sendirian,karena
orang tuaku sibuk dan tak punya waktu untuk sekedar menemaniku check up.
Sebenarnya aku malas sekali harus check up seperti ini,namun karena paksaan
dari Bunda,akhirnya aku berangkat check up dengan malas-malasa.
Setelah Dokter Ray
selesai memeriksaku,ia duduk di kursi kerjanya sambil mengamati beberapa
dokumen hasil pemeriksaanku kali ini. Di wajahnya tampak sebuah kekhawatiran.
Dan itu sangat membuatku menjadi semakin penasaran. “Ada apa denganku? Apakah penyakitku sudah separah itu?”tanyaku
dalam hati. Aku berharap Dokter Ray segera mau mengatakan sesuatu kepadaku. Aku
sudah nggak sabar lagi ingin mengetahui hasil pemeriksaan itu. namun Dokter Ray
masih saja mengamati dokumen-dokumen hasil pemeriksaan itu dengan lebih teliti
lagi.
“Bagaimana,Dokter
Ray?”tanyaku memberanikan diri. Dokter Ray terlihat sedang menarik napasnya
perlahan,lalu menatapku dengan pandangan iba. “Penyakitmu ini bukan hanya sesak
napas biasa,Vi. Ini sudah mengarah ke penyakit yang serius..”ucapnya mencoba
bersikap tegas. “Apa maksudnya,Dok?”tanyaku tak paham dengan apa yang barusan
Dokter Ray ucapkan. “Menurut pemeriksaan yang telah dilakukan,kamu menderita
pneumonia..”ucapnya sambil menunduk. Aku terkejut mendengar ucapan Dokter Ray. “Pneumonia?
Infeksi jaringan paru?”ucapku tak percaya. Dokter Ray hanya mengangguk. “Apa
dampak selanjutnya dari penyakit ini,Dok?”tanyaku dengan suara parau. Dokter
Ray tidak langsung menjawab pertanyaanku. “Apakah bisa mendatangkan
kematian,Dok?”tanyaku lagi.
“Penyakit ini bukan penyakit
biasa,Vio. Ini termasuk penyakit mematikan. kamu tau kan,bahwa semakin lama
paru-parumu akan semakin melemah?” akhirnya Dokter Ray mengeluarkan suaranya.
Ia menatapku dengan tatapan iba. Aku hanya bisa berdiam diri merenungi ucapan
Dokter Ray barusan. “Aku pikir,aku hanya
sakit biasa,tapi ternyata penyakitku semakin memburuk. Apakah umurku juga akan
semakin berkurang dengan adanya penyakit ini?”tanyaku dalam hati. Tak
terasa ternyata air mataku mengalir begitu saja.
“Apa yang bisa saya lakukan agar
saya bisa bertahan hidup lebih lama lagi,Dok?”tanyaku hampir frustasi. Dokter
Ray terliat sedang berpikir sejenak. Lalu kemudian ia menuliskan sesuatu pada
selembar kertas. Kemudian ia memberikan kertas itu kepadaku. Aku membaca kertas
itu dengan tatapan bingung. Dokter Ray sepertinya menyadari kebingunganku,lalu
ia berkata perlahan, “Itu resep obat yang harus kamu minum,Vio”. Spontan aku menatap
dokter yang ada di depanku ini dengan pandangan tak percaya. “Semuanya?”tanyaku
heran. “Ya,semuanya. Ada sembilan jenis obat yang harus kamu minum setiap
harinya”ucap Dokter Ray kemudian. Aku pun hanya bisa mengangguk pasrah lalu
berpamitan kepada Dokter Ray dan langsung menuju apotek untuk menebus resep
obat tersebut dengan perasaan hampa.
---
Hari ini aku memutuskan untuk keluar
dari ekskul karate. Aku memang hanya baru mengikuti ekskul tersebut selama tiga
kali pertemuan. Tapi aku tak sanggup juga jika harus bertemu dengan dia terus
di tempat karate ini. Sebenarnya bukan hanya dia penyebab aku keluar dari
ekskul karate ini. Ya memang alasan pertamanya adalah karena aku ingin
menghindarinya,karena jika aku terus-terusan bertemu dengannya,maka secara
otomatis hatiku juga akan semakin remuk. Alasan kedua karena kondisi ku
sekarang mulai menurun drastis. Mana boleh aku ikutan karate jika setelah
pulang dari ekskul karate aku selalu merasakan penyakitku semakin kambuh?
Jujur,aku masih pengen ikutan karate. Tapi apa daya? Mungkin ini memang jalan
yang terbaik. Aku tak mungkin sanggup jika harus terus-terusan menyakitti
diriku sendiri kan?
---
“Kenapa tiba-tiba keluar dari klub
karate gitu aja?”tanya Lisa ketika aku hendak pulang. “Nnggak kenapa-kenapa
kok..”ucapku masih sambil berjalan. “Kasih gue alasan yang jelas dong,Vi!”ucap
Lisa semakin penasaran. Aku berhenti sejenak,lalu menarik napas perlahan, “Gue
Cuma mau lebih fokus sama pelajaran aja.Menurut gue,sejak gue ikutan
karate,waktu belajar belajar gue jadi
berkurang..”ucapku berbohong. Dan ternyata Lisa tak mudah dibohongi seperti
yang aku kira. Dengan mudah ia menyadari bahwa saat ini aku sedang
membohonginya.
“Apa ini ada hubungannya dengan Kak
Vino?”tanya Lisa kemudian. Lisa menatapku dengan penuh tanda tanya. Namun aku
terus saja membohonginya dan mencari-cari alasan yang menurutku kurang masuk
akal. “Bukan. Bukan karena dia. Dan bukan karena siapa-siapa..”jawabku
kemudian. “Bohong!”Lisa membalas ucapanku dengan nada ketus.
“Lo keluar dari klub karate
gara-gara Kak Vino,kan? Lo takut sakit hati lagi kan,Vi? Kak Vino emang udah
keterlaluan,tapi bukannya dulu lo ngotot banget ya mau ikutan karate? Masa Cuma
gara-gara cowok,lo mundur gitu aja sih?” Lisa terus saja berucap,seperti ia tau
segala isi hatiku. Namun semua yang diucapkannya sangat benar,dan tidak ada
yang salah sama sekali.
Aku hanya diam,tak berniat untuk
membalas ucapan Lisa barusan. Kemudian,tiba-tiba Lisa menyeretku ke belakang
tembok. “Ngapain ngumpet-ngumpet segala?”tanyaku ketika menyadari bahwa Lisa
mengajakku untuk bersembunyi. “Ssstt.. liat itu..”ucapnya sambil menunjuk kearah
seseorang yang sedang berdiri di depan pintu gerbang. “Vino?”tanyaku
meyakinkan. “Kayaknya dia udah mau putus deh sama pacarnya..”ucap Lisa
tiba-tiba. “Hah?”ucapku refleks dengan masih memandangi kearah cowok itu.
“Iya,putus. Liat aja itu. ceweknya lagi marah-marah sama Kak Vino..”ucap Lisa
menambahkan. “Jangan ngaco deh! Udah biasa kalik kalok mereka berantem kayak
gitu.Wajar”ucapku datar.
“Wajar? Masa iya ceweknya sampai
marah-marah kayak gitu? Ketus banget lagi ngomongnya. Dihh,feeling gue mulai
nggak enak nih,Vi..”ucap Lisa kemudian. “Nggak enak gimana?”tanyaku tak
mengerti. “Feeling gue,sebentar lagi mereka pasti bakalan putus”ucapnya yakin.
“Jangan ngomong gitu deh! Nggak baik tauk!”ucapku mulai sebal dengan tingkah
Lisa. Memang diseberang sana Vino dan pacarnya sedang terlibat adu mulut. Aku
nggak tau apa penyebab mereka sampai berantem seperti ini. terlihat Vino sedang
berusaha bersabar dan menenangkan hati pacarnya itu,namun sayang,pacarnya malah
semakin berucap dengan nada tinggi dan ketus. Jujur saja,aku nggak tega melihat
dia di bentak-bentak seperti itu.
“Pergi yuk,Lis! Ngapain juga
ngurusin urusan orang lain!”ucapku lalu beranjak pergi meninggalkan Lisa yang
masih memperhatikan kedua orang itu yang masih saja berantem.
Firasatku,semenjak dulu saat pertama
kali aku tau bahwa Vino udah punya pacar,aku selalu mengira bahwa pacarnya itu
nggak pernah serius dengannya. Tapi mungkin itu hanya firasatku saja. Dan aku
juga mengira bahwa hubungan mereka nggak akan bertahan lama. Arghh,apa-apaan
aku ini? mengapa aku jadi mengurusi urusan mereka? Biarkan saja mereka seperti
itu. toh nggak ada untungnya juga jika aku memikirkan hubungan mereka. Tapi aku
hanya nggak suka dan nggak tega jika melihat Vino terus-terusan dibentak-bentak
dan di marah-marahi oleh pacarnya itu tanpa alasan yang jelas.
---
Dear diary…
Saat ini aku hanya
bisa menjadi secret admirernya.. bener-bener hanya bisa menjadi secret
admirernya,nggak lebih.
Hanya bisa mengamatinya dari jauh..
tak pernah berani untuk menegur sapa dengannya..
Arghh,rasanya hati ini sakit jika
melihat ia terus-terusan di bentak-bentak oleh pacarnya itu. menyebalkan sekali
pacarnya! Arghh,dia seharusnya nggak boleh menyia-nyiakan cowok super baik
seperti Vino itu..
Andai saja aku yang menjadi
pacarnya,aku pasti tak akan pernah membentak-bentaknya.. dan aku pasti tak akan
menyakitinya..
Vino.. aku sadar diri,jika kekasihmu
jauh lebih baik dariku. Namun,apakah aku tak pantas untuk berharap banyak
kepadamu? Ohh,ini seperti mimpi,bagaimana bisa aku jatuh cinta kepada cowok
perfect seperti mu??
Uhhh,aku sangat minder dengan semua
ini. mana mungkin,cowok seperfect dirimu akan melirikku sekilas saja? Arghh,aku
hanya kebanyakan berkhayal.
Ternyata,susah sekali untuk
melupakanmu.. uhh,ingin rasanya aku membuat segala ingatanku mengenai
dirimu,tapi sayangnya aku tak mampu. Ini benar-benar rasa yang sangat menyiksa.
Menyiksa dan menyebalkan sekali! Uhh,andai saja kamu menyadarinya..
---
Seperti di hari-hari
Jum’at biasanya,aku dan angkatanku yang lainnya harus mengikuti agenda
kepramukaan ini. uhh,rasanya malas sekali. Tapi satu hal yang bisa bikin aku
semangat saat mengikuti kepramukaan itu. apa lagi kalok bukan dia. Vino.
Dia anggota DA di
sekolahku. Kurang tau juga apa jabatannya,yang aku tau dia adalah anggota DA.
Sebentar lagi sekolahku
akan mengadakan perkemahan. Wuaahh,aku malas sekali. Bener-bener double males
deh. Yang jelas dia juga ikutan. Tapi tetep aja,aku malas kemah. Hmpff.
“Denger nggak dek?!
Jangan ngalamun terus!”teriak kakak DA di sebelahku. Ternyata dari awal apel
pembukaan pramuka sampai sekarang aku hanya ngelamun. Pantas saja kakak DA itu
meneriaki ku. Aku pun langsung tersadar dari lamunanku dan tanpa berniat untuk
menanggapi teriakan kakak DA tadi. “Sialan,gara-gara
mikirin Vino,aku jadi kena bentak” rutukku dalam hati.
---
“Hai,Vi! Gue mau cerita
nih..”ucap Lisa sambil duduk disamping ku yang sedang asyik membaca buku. Tanpa
menoleh kearah Lisa,aku pun hanya menganggukan kepala. “Vi,gue mau curhat
beneran!”rengek Lisa sambil menutup buku yang sedang aku baca. Namun aku tak kunjung
menanggapi ocehan sahabat itu. lalu Lisa berkata kembali, “serius..” Vio
terlihat pasrah dengan keadaan seperti ini,aku menghela napas sebentar lalu
kembali mengangguk, “Cerita aja. Ntar gue dengerin..”ucapkukemudian. “Gue lagi
suka sama kakak kelas. Namanya Adam. Dia juga satu kelas sama kak Vino..” Lisa
menjelaskan ceritanya dengan semangat. Setelah mendengar nama Vino disebut-sebut,tiba-tiba
jantung ku kembali berdegup kencang lagi seperti biasanya. Namun aku tak pernah
tau mengapa jantungku terasa berdegup lebih cepat saat mendengar nama ‘Vino’
disebut-sebut.
“Vio!”teriak Lisa
membangunkan lamunaku. “Eh? Apa?”ucapku refleks. “Dengerin curhatan gue
dong!”rengek Lisa kembali. “Udah gue dengerin kok.Jadi?”ucap ku penuh dengan
tanda tanya. Sebenarnya aku sama sekali nggak berminat untuk membahas cowok
gebetan baru sahabatku itu,namun aku nggak tega jika harus diam saja. “Jadi?”ucap
Lisa mengulangi perkataanku tadi. “Jadi bagaimana dengan cowok itu?” aku
sedikit meralat pertanyaankubarusan.
“Nggak tau. Dia itu
perfect banget. Gue jadi minder sama dia..”jawab Lisa kemudian dengan ekspresi
sedih. “Seperfect apa sih dia?”tanya ku penasaran,karena aku belum pernah
melihat cowok seperfect itu di sekolahan. “Dia keren,cakep,pinter,terus apa
lagi ya..?” Lisa terlihat sedang berpikir. “Dia juga ikutan ekskul
karate..”ucapnya menambahkan. “Karate?
Emang ada cowok karate yang sesuai dengan kriteria yang Lisa barusan sebutkan?
Masa sih?”ucap ku dalam hati.
“Vio…”ucap Lisa kemudian
sambil mengguncangkan tubuh ku. “Apa sih,Lis?”tanya ku sebal dengan tingkah
Lisa kali ini. “I-itu dia orangnya..” ucap Lisa sambil menunjuk kearah
seseorang. “Yang mana sih?” Aku masih belum juga menemukan orang yang dimaksud
sahabatku itu. “Yang pake sepeda,itu loh..”ucap Lisa tanpa mengalihkan
pandangannya kearah cowok itu. “Oh itu”ucap ku kemudian setelah berhasil
mengetahui bahwa cowok itu yang dimaksud sahabatku.
“Ganteng banget
kan,Vi?”ucap Lisa takjub. Buru-buru aku langsung menggelengkan kepala, “Biasa
aja”ucapku kemudian. “Biasa? Biasa apanya? Orang cakep kayak gitu dibilang
biasa!”ucap Lisa terlihat seperti tidak terima dengan ucapan ku barusan. Aku pun
hanya mengangkat bahu lalu beranjak berdiri. “Gue mau pulang,udah sore,Lis..”ucapku
kemudian sambil berbalik. “Eh,bwt,hari ini lo liat Vino nggak,Lis?”tanya ku
kepada Lisa. “Enggak tuh. Kenapa? Kangen?”ucap Lisa sambil menggoda ku.
“Ihh,enggak deh..”jawab ku dengan wajah bersemu merah.
---
Jam sudah menunjukan
pukul sembilan malam. Namun aku masih juga menekuni tugas-tugasku yang
berhamburan di atas meja. Ketika aku sedang menuliskan sebuah jawaban dibuku
tulisku,tiba-tiba saja ada tetesan darah yang mendarat dilembaran bukuku. Secara
spontan aku langsung memegang hidungku dan mendapati bahwa hidungku sudah
mengeluarkan darah yang sangat banyak. Buru-buru aku mengambil tissu,lalu
menyumbatkan ke hidung.
Sudah sekian menit aku
menyumbat hidungKU dengan tissu,namun darah itu masih saja terus mengalir.
Kemudian aku memutuskan untuk menutup buku-bukuku lalu membaringkan tubuhku
diatas tempat tidur sambil menahan rasa sakit. Ya Tuhan,aku kira setelah aku minum semua obat itu,aku nggak bakalan
mimisan lagi. Tapi ternyata dugaanku salah. Justru aku malah sering mimisan.
Oh,andai saja rasa sakit ini segera hilang, ucapku sambil memejamkan mata.
Kali ini aku merasakan sakit yang luar biasa menjalar di dalam tubuhku. Aku pun
berniat untuk tidur. Dan berharap,bahwa esok aku masih diberi kesempatan untuk
membuka mata lagi.
---
Pagi harinya,aku terbagun dengan baju yang sudah berlumuran
darah. Arghh,apakah tadi malam mimisanku
belum juga berhenti? Sampai segini banyaknya kah darah dari hidungku yang keluar?
,tanyaku dalam hati sambil mengusap bajuku yang masih sedikit basah karena
tetesan darah dari hidungku. Aku pun berniat untuk segera mandi agar orang lain
tidak tahu bahwa semalaman aku mengalami mimisan yang luar biasa.
---
Hari ini aku sengaja berangkat pagi,karena aku udah
enggak sabar buat main basket. Seperti biasa,saat aku sampai disekolahnya
ternyata belum ada anak-anak yang datang. “Kayaknya
aku kepagian deh datengnya”ucapku sambil berjalan mendrible bola basket.
Tapi aku tak mempedulikan jam yang
masih menunjukan pukul enam pagi,aku pun langsung mendrible bola basket dan melakukan
pemanasan mengelilingi lapangan basket tiga kali.
Setelah itu,aku melakukan three point, berkali-kali aku melalukannya,tapi malah selalu gagal.Bola
yang aku lemparkan selalu meleset jauh ditempat sasaran. Bola malah menggelinding keluar lapangan.
“Kenapa sih aku?”ucap ku memarahi diriku
sendiri. Aku memilih untuk duduk ditengah lapangan dan membiarkan bola itu
pergi menggelinding. Kemudian aku membungkuk,meletakkan tangan dikedua lutut
untuk mengatur napasku yang ngos-ngosan.
Namun beberapa menit kemudian datang
seorang cowok membawa bola basket ku yang menyebalkan tadi sambil mendrible
bola tersebut.
“Main
basket itu pake hati! Enggak pake emosi!”ucap seseorang dari belakang ku.
Secara refleks aku pun menoleh kebelakang,dan mendapati seorang cowok yang
kemarin baru dibahas oleh sahabatku itu. Seorang cowok dengan berbadan atletis
dengan rambutnya yang dikeatasin semua.
Ya,mungkin hampir mirip sama pohon cemara lah. Ia tampak berjalan menghampiri ku
dengan senyuman sinisnya.
“Cuma segitu
kemampuan lo ?”ucap cowok yang tadi congkak. Dengan penuh emosi,aku pun
membalas ucapan cowok tadi, “Ada masalah apa sih lo?”ucapnya ketus. Sialan
banget nih cowok! Lagaknya udah kayak jagoan aja! Emang dia siapa? ,Bisik ku
dalam hati.
“Mau
tau cara nembak three point yang
bener ? Liat nih!”ucap cowok itu sambil melesat melewati ku sambil terus
mendrible bola basket. Kemudian,dari jarak yang cukup jauh,cowok itu
bersiap-siap memasukan bola. Dan..Sett!
Dengan halusnya bola itu masuk kedalam ring. Cowok itu merilik ke arah ku dan
menaikan satu alisnya sambil tersenyum sinis. Sepertinya cowok itu mau pamer!
Huh,belagu
banget sih jadi orang! ,Rutuk kudalam hati. Padahal sejujurnya aku kagum
juga melihat gaya main basket cowok itu. Tapi aku terlalu enggan untuk
mengakuinya. Aku lebih memilih untuk tidak memperlihatkan wajah kekagumanku
itu.
“Gue
pengen,tanding basket one on one sama
elo!”ucapnya belagu.
“Lo nggak punya lawan lain selain gue?” aku
berucap sambil berkacak pinggang. Selama ini belum ada orang yang berani
menantangku bermain basket secara one on
one. Dan cowok itu adalah orang pertama yang menantangku bermain one on one.
“Kenapa
elo takut?”balasnya masih dengan wajah sok cool.
Ia melipat tangannya di depan dada,lalu tersenyum sinis kearah ku dengan
pandangan meremehkan.
“Sorry
ya,walaupun lo kakak kelas,tapi gue enggak akan pernah takut!” Aku menjawab
dengan ketus.
Cowok tersebut melemparkan bola basket
itu kepadaku. Aku pun segera mendrible bolanya dan berusaha mendekati ring.
Tetapi ketika aku sudah dekat dengan ring,bola sialan itu enggan masuk.
Bola kemudian dipegang oleh cowok itu. Dari jarak
yang cukup jauh,cowok itu melakukan three
point lagi. Dan… bola masuk dengan mulusnya!
Aku merebut bola dan kembali berusaha membawa
bola. Tetapi dengan sigapnya cowok itu berhasil merebut bola dari tangan ku.
Cowok belagu itu menggiring bola,dan melakukan lemparan three point kembali. Sial!
,Umpat ku dalam hati.
Beberapa menit pun telah berlalu,sialnya skor ku
tertinggal jauh dengan cowok belagu tadi. 47- 33 untuk ku.
“Masih belum nyerah juga?” ucap cowok belagu itu
sambil mendrible bola di dekat ku yang terlihat sedang mengatur napas yang mulai ngos-ngosan.
“Gue
enggak akan pernah nyerah!”ucapku kemudian sambil merebut bola yang ada
ditangan cowok itu,dan langsung melalukan lay
up. Two point untuk ku.
Jam sudah menunjukan pukul tujuh,tak
terasa ternyata bel sudah berdering keras. Aku pun segera mengakhiri permainan
basket itu. “Gue mau kekelas!”ucapku sambil mengambil bola yang ada ditangan cowok itu.
“Kenapa? Elo nyerah? Skor lo tuh masih jauh
tauk!”ucap cowok itu masih dengan wajah congkak.
“Elo
budeg? Gue berhenti karena udah bel! Bukan karena gue nyerah, cowok gila!”ucapku
sambil mendorong tubuh cowok itu dengan emosi,lalu pergi meninggalkan cowok itu
yang masih berdiri mematung di tengah lapangan.
---
Sore ini,setelah pulang sekolah, aku
dan Lisa berniat untuk menghabiskan waktu di taman sekolahan. Kita berdua
bercerita sebanyak-banyaknya. Namun kali ini,Lisa lebih dominan yang bercerita,aku
hanya mendengarkannya tanpa berniat untuk menanggapinya.
Namun sesaat kemudian tiba-tiba,Lisa
menggapai tanganku dan meremasnya. Aku
tampak bingung menghadapi gelagat sahabatku yang tiba-tiba berubah itu.
“Lis,lo
nggak punya penyakit suka sama cewek kan?”tanya ku sedikit takut.
“Vi..
liat,Vi.. siapa yang datang?”ucap Lisa terbata-bata.
Aku
celingukan mencari sumber keanehan sahabatku itu. Tak lama kemudian,seorang
cowok dengan pakaian karate dan tas menggantung dibahu lewat didepan kita.
Cowok itu cuek banget. Tatapannya lurus kedepan tanpa memperhatikan kedua cewek
yang ada disebelahnya.
“Gila,Vi! Kak Adam cool banget!”ucap Lisa tanpa melepaskan
tatapannya dari cowok itu.Aku kembali
teringat kejadian beberapa minggu yang lalu. Ingin rasanya aku menendang muka
cowok itu hingga berdarah! Sialan tuh cowok! Bisa-bisanya dia dengan santainya
melewati gue tanpa rasa bersalah.
“Lis!
Cowok kayak gitu enggak pantes elo idolain!”ucap ku sambil mencoba menenangkan
diri.
Lisa masih
memperhatikan Adam,cowok tadi.
“Lis!
Elo denger omongan gue nggak sih?”tanya ku sebal.“Vi.. tampar muka gue,Vi!”ucap
Lisa dengan wajah masih mupeng.
Plak!
“Auuw!
Gila lo! Emangnya muka gue bantal!”Lisa marah-marah. “Kan elo tadi yang suruh
nampar,ya gue tampar sekalian!” ucap ku tanpa berdosa.
---
Dug..dug..dug..
suara dribblean
bola basket terdengar ditengah-tengah keheningan sekolah. Sekolahan sudah bubar
dari dua
jam yang lalu,tapi sepertinya seorang gadis masih dengan setianya bermain
basket sampai-sampai ia tidak mempedulikan keringat yang sudah membanjiri wajah
manisnya. Siapa
lagi cewek yang nekat panas-panasan bermain basket seperti ini kalok bukan aku?
“Sendirian aja ?”tanya
seseorang,yang langsung membuat ku berhenti mendrible bola
bakset. “Ngapain
lagi kesini?”jawab ku cuek. Tiba-tiba aku langsung
bergegas membereskan peralatan basketku dan
langsung mengambil tas,lalu melangkah pergi.
“Eh tunggu! Mau kemana ?”tanya cowok itu lagi.
“Pulang”jawab ku masih dengan cueknya. “Gue pengen
tanding basket lagi”tawar cowok itu.
“Lain kali aja. Gue mau pulang”ucapku datar sambil
beranjak pergi.
“Eh tunggu! Ini punya lo ketinggalan”ucap cowok itu
telat ketika menyadari bahwa ada tas kecil yang jatuh dibawah kursi dekat ring
basket.
Aku
mungkin tidak mendengarnya,karena aku terus saja berjalan tanpa mempedulikan
teriakan seorang cowok tadi.
“Apa ini isinya?”tanya cowok itu penasaran. Dengan
wajah yang sangat penasaran,cowok itu pun akhirnya membuka tas kecil itu. Ia
hendak melihat isinya,bukan bermaksud untuk mengambilnya.
Saat cowok itu membuka
tas kecil tersebut,ada kebingungan dalam raut wajahnya,ia tampak ragu dengan
apa yang ada didalam tas itu. “Obat?Buat
apa? Punya cewek yang tadi itu? Kenapa obatnya banyak banget?”tanya cowok
itu bertubi-tubi tanpa mendapatkan sebuah jawaban yang pasti. Gue bakal balikin besok ke dia,batin
cowok itu lalu melangkah pergi.
---
“Aduh tas kecil gue kemana sih? Mati deh gue
kalok tasnya sampai hilang!”ucap ku frustasi saat menyadari bahwa tas kecil yang
berisi obat-obatanku itu hilang. “Aduh! Gue kok pikun banget kayak gini sih?
Gimana bisa coba tas itu bisa hilang?
Argh,stupid banget sih gue,padahalkan semua obat gue ada didalam tas itu!”rutuk
ku kesal pada diriku sendiri.
Setelah
mencari tas kecilku sampai berjam-jam,aku pun akhirnya menyerah juga. Dan aku
pun memutuskan untuk mencarinya besok pagi disekolahan. Mungkin aja jatuh pas gue basket tadi.Ya udah deh,besok gue cari.Maaf
ya Yah, hari ini Vio enggak minum obat.Besok Vio janji deh bakalan minum
obatnya on time, batin ku lalu beranjak tidur.
---
“Aduh,mana sih tas gue ? Gue yakin kok pasti
tas gue jatuh disekitar sini!”ucap ku kebingungan. Sudah sekitar satu jaman lebih aku
mutar-mutar disekitar lapangan basket ini. Aku juga sengaja datang kesekolahan
lebih pagi,karena aku berharap akan menemukan tas kecil sialan itu.
“Eh,pak-pak, liat tas kecil yang jatuh disekitar
sini enggak?”tanya ku pada seorang tukang kebun sekolah. “Enggak liat tuh,Neng. Tasnya jatuh
ya,Neng?”ucap Tukang Kebun itu.
“Iya nih,Pak. Ya udah Pak,makasih”ucap ku pasrah.
Tukang kebun tersebut hanya mengangguk dan langsung pergi melanjutkan
pekerjaannya.
Ih
coba aja,gue enggak teledor,pasti tas sialan itu enggak bakal ilang kayak gini,ucap ku masih kesal.
“Nyari apa?”tanya seorang cowok yang kemarin itu.
“Tas gue ilang!”jawab ku tanpa melihat kearah cowok itu.
“Jutek banget!”ucap seorang cowok tadi dan langsung
duduk di samping ku. Aku pun tak
menjawab pertanyaan cowok itu tadi. Aku hanya menundukan wajah,karena saat ini
aku benar-benar sebal dengan tas sialan itu.
“Emang tas itu penting banget ya ?”tanya cowok itu
lagi. Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.
“Seberapa penting sih?”tanya cowok itu
basa-basi.“Nih anak nyebelin banget sih! Pergi deh lo! Sebel gue liatnya!”ucap ku
marah-marah.
“Hahahahaha”tawa cowok itu terdengar keras yang
sontak saja membuat ku menoleh semakin sebal. “Enggak lucu!”teriak ku lalu
mendorong tubuh cowok itu agar menjauh dari tempat dudukku. Aku kemudian
berdiri dan pergi menyingkir dari cowok menyebalkan ini.
“Eh mau kemana?”tanya cowok itu menyadari bahwa aku
hendak beranjak dari tempat duduk. “Pergi!”ucapku ketus.“Tunggu dulu. Kenalin nih,gue
Adam”ucap
seorang cowok tadi sambil mengulurkan tangannya. Dia mengajak ku berkenalan.
“Peduli amat!”ucap ku cuek,sambil
pergi meninggalkan cowok yang bengong dengan respon yang diberikan oleh ku.
Bagaimana tidak? Cewek mana yang tidak mau berkenalan dengan cowok ganteng
seperti Adam,kakak kelas itu? Tapi
berbeda dengan ku,akucewek yang benar-benar tidak
berniat untuk berkenalan dengan cowok tiu.
“Hey tunggu!”teriak cowok tadi
sambil berlari kearah ku. “Ada
apa lagi?”tanya ku dengan wajah cuek.
“Elo nyari ini kan?”tanya
cowok tadi sambil
menyodorkan tas kecil yang sedari tadi ia cari.
“Tas gue ? Oh makasih.”ucap ku datar.
Lalu langsung
meninggalkan cowok tadi. Dasar cewek aneh, ucap cowok itu sambil tersenyum simpul.
---
“Vioo!!”teriak Lisa seperti biasanya
sambil berlari mendekat kearahku yang sedang duduk di taman sekolah sambil
membaca novelnya. “Vio,gue punya kabar news banget!”ucap Lisa bersemangat. “Hmm..”jawabku cuek. “Vio! Dengerin! Ini
berita penting banget. Lo harus denger pokoknya!”ucap Lisa sebal. “Apa
hubungannya sama gue sih?”tanyaku malas meladeni ocehan Lisa. “Berita ini ada
hubungannya sama Kak Vino!”ucap Lisa masih bersemangat. Jantungku berdetak
lebih cepat kembali setelah mendengar nama “Vino” disebut-sebut. “So? To the
point aja deh!”ucapku malas sambil menutup novelku yang belum selesai aku baca.
Lisa terlihat sedang menarik napas dalam-dalam,kemudian ia mengambil posisi
untuk menyampaikan beritanya yang menurutku nggak penting-penting banget,tapi
karena berita ini ada kaitannya dengan Vino,aku jadi “sedikit” penasaran dengan
berita itu.
“Kak Vino akhirnya jadi putus juga sama
pacarnya”ucap Lisa tersenyum bahagia. “Hah?”tanyaku refleks. Lisa kemudian
menyadari tingkahku yang terbengong-bengong setelah mendengar berita “news”
tersebut. “Iya,Kak Vino P-U-T-U-S sama pacarnya,Vio! Lo seharusnya seneng
denger berita ini”ucap Lisa kemudian. Aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri,
“bagaimana bisa Vino bisa secepat itu
putus sama pacarnya?”tanyaku dalam hati. “Kenapa sih,Vi? Kok ekspresi lo
aneh gitu?”tanya Lisa sambil memandangku. “Eh? Nggak kok. Btw,kenapa mereka
bisa sampai putus?”tanyaku kemudian. Sebenarnya aku sama sekali tak berminat untuk menanyakan hal itu kepada
Lisa,karena aku tau pasti Lisa hanya akan menjawab pertanyaanku dengan
hipotesanya saja.
“Kalok masalah perkara putusnya,sih
gue nggak tau. Tapi denger-denger,akhir-akhir ini mereka emang sering berantem
nggak jelas gitu”jawab Lisa berusaha menjelaskan. Aku pun hanya berucap “oh”
lalu kembali tersibuk dengan berbagai pertanyaan yang sedang berputar-putar
dalam kepalaku. Kenapa mereka bisa putus?
Itu salah satu pertanyaan yang masih menganjal dipikiranku.
---
Seminggu setelah aku mendengar kabar
putusnya Vino dengan pacarnya,aku jadi tambah sering banget ketemu sama Vino.
Biasanya susah banget mau nyari dia,tapi sekarang tanpa berniat untuk
mencarinya pun,ia sudah selalu ada di depan mata.
Sebenarnya ada rasa kasihan
juga,karena hubungan mereka harus terputus ditengah jalan seperti ini. tapi
kalok mereka nggak putus-putus,aku juga nggajk tega Vino di bentak-bentak
seperti ini sama pacarnya.
Oh tidak! Walaupun sekarang Vino
sedang menjomblo,aku tidak boleh terlalu berharap lagi dengannya. Karena aku
harus sadar diri,kalok aku emang nggak pantas sama sekali bersanding dengannya.
Aku kalah perfect dengan ‘mantan’ pacarnya itu. ohh,andai aku masih seperfect
dulu..
---
“Kenapa ngalamun?” tanya seseorang
dari belakang. Aku menoleh kesumber suara sebentar,lalu mendengus sebal.
“Ngomong sama gue?”tanyaku heran tanpa menoleh kearahnya lagi. Cowok itu yang
ternyata adalah Adam,tak langsung menjawab pertanyaanku,ia lalu duduk
disebelahku sambil memain-mainkan bola basketnya. Kemudian ia menoleh
kearahkku, “Mau tanding lagi?”ucapnya sambil mengangkat bola basketnya. Aku
hanya bisa menatap pasrah kearahnya,lalu segera beranjak berdiri dan memulai
pertandingan.
Adam kembali tersenyum meremehkan,membuat ku
semakin berambisi mengalahkannya. Pokoknya kali ini cowok itu harus mengaku
kalah!
Adam mendrible bola dan berlari
medekati ring. Sementara itu aku sibuk menghadang dan dengan sigap aku dapat
merebut bola. Aneh! Kenapa Adam memberikan bolanya begitu? Nggak biasanya cowok
itu berbuat begitu. Biasanya dia selalu bisa merebut bola itu kembali.
Pertandingan berlangsung cukup lama.
Beberap murid yang baru keluar kelas sampai mengurungkan niat mereka untuk
pulang ketika melihat dua jagoan sekolah sedang bertanding.
Aku sudah memasukkan lima bola ke dalam ring.
Sedangkan Adam belum sama sekali. Tetapi cowok itu tetap bersikap tenang
seperti biasa,sementara aku terlihat masih bersemangat untuk mengalahkannya.
Sebenarnya terbesit sedikit perasaan menang dalam diri ku,tapi itu tidak
berlangsung lama karena tiba-tiba ia tersadar..
Aneh!
Kok Adam nggak ngelawan gue sih? Biasanya dia bisa ngejar ketinggalan kalo
angka dia udah ketinggalan jauh?, Aku bertanya-tanya dalam hati.
Aku kembali merebut bola dari tangan Adam.
Kemudian melesat mendekati ring dan.. MASUK!
Tuh
kan! Adam aneh banget! Nggak mungkin dia membiarkan gue waktu gue ngebawa bola.
Padahal kesempatan dia untuk ngerebut bola dari tangan gue itu banyak banget.
Gue tau banget Adam jago dalam urusan taktik main basket. Tapi kenapa..
Sett!
Tiba-tiba Adam merebut bola dari tangan ku. Aku mulai tersenyum ketika
mengetahui Adam mulai bereaksi. Oh,dia
sengaja bikin gue menang dulu, pikir ku.
Pasti dia sengaja membiarkan gue masukin bola.Oke,sekarang waktunya untuk
pertandingan yang sebenarnya!, tekad ku bersemangat.
Adam membawa bola mendekati ring. Ia
mencoba mencetak angka pertamanya,tetapi..
Meleset!
Bukan cuma meleset,tapi bener-bener ngawur! Tembakan Adam miring. Nggak
biasanya dia kayak gitu. Adam orang yang selalu punya perhitungan kalau mau
menembakan bola ke sasaran. Aneh!
Tiba-tiba aku menghentikan langkah.Aku
membanting bola basket keras-keras dan berbalik ke arah Adam.
“Heh!
Kenapa sih elo enggak ngelawan gue? Kenapa elo ngalah?”teriak ku kesal.
Adam
menatap ku, “Gue mau elo menang!”
Aku
tersentak, “Denger ya,lo,Kakak Kelas!
Gue emang pengen ngalahin elo! Tapi enggak gini caranya! Ini enggak fair!”aku berteriak sambil
menunjuk-nunjuk wajah Adam. Adam hanya diam,mendengarkan segala kemarahan ku
yang sedang meluap-luap. Namun kemudian ia kaget ketika melihat perubahan pada
raut wajah ku. “Lo kenapa?”ucapnya panik sambil memegang pundak ku. “Gue nggak
apa-apa..”ucapku bohong ,lalu membalikan badan,berusaha menjauh darinya. “heh!
Lo jangan bohong deh!” Adam terdengar sedang berteriak. Kamudian ia sudah
berada di depanku.
“Lo
nggak punya otak? Itu hidung lo berdarah! Dan lo masih bilang kalok lo nggak
kenapa-napa?”ucapnya ketus sambil mengusap darah yang keluar dari hidung ku.
Aku pun hanya diam seribu bahasa.
“Elo sakit?”tanyanya
khawatir masih dengan menghilangkan darah yang keluar dari hidung ku dengan
menggunakan bajunya.
“Kak? Eh?” ucapku ragu-ragu. Jujur aku bingung mau
memanggilnya dengan sebutan apa. Bagaimanapun,dia kakak kelasku juga kan?
“Panggil aja Adam”ucap cowok itu seperti tau
kebingunganku.
“Eh? Emm,Kak? Eh maksudnya Adam,itu baju lo jadi
kotor”ucapku kaku.
“Elo
sakit?”tanyanya ulang. Aku hanya
menggelengkan kepala.“Ya udah,kita pulang aja ya? Ini darahnya udah bersih
kok”ucapnya sambil memegang pundaku. Aku pun hanya mengganggukan kepalaku
lagi,bingung harus mengatakan apa. Aku benar-benar shock dengan kejadian ini. Kejadian dimana aku mulai mimisan lagi. Mungkin ini sebuah
pertanda.
---
“Makasih ya,Dam. Udah dianterin”ucap ku setelah
sampai didepan rumah.Adam pun tersenyum.. “Sama-sama. Nama lo Vio kan? Eh,Vil,hidung
lo masih terasa sakit?”tanyanya kemudian. Loh,kok dia bisa tau namaku?,tanyaku dalam
hati.
“Enggak kok.Eh itu baju lo jadi kotor kayak gitu
gara-gara tadi kena darah gue”ucap ku merasa bersalah.“Udah. Elo tenang
aja,masalah baju sih gampang. Tinggal dicuci aja. Beres”ucapnya seraya
tersenyum.
“Dam,gue masuk dulu ya?”ucapku ragu. “Oke”ucapnya.
“Vi..”ucapnya kemudian sebelum aku menutup pintu
gerbang. “Ya?”tanya kudibalik pagar rumah. “Kalok ada apa-apa,hubungin gue
ya?Nggak usah sungkan-sungkan..”ucapnya kemudian. Aku hanya mengangguk sambil
tersenyum.“Jaga kesehatan,Vi”ucapnya sekali lagi dan langsung menghidupkan
motornya,lalu bergegas pergi meninggalkan komplek perumahan.
Sesaat
kemudian setelah cowok itu sudah melesat jauh dengan motornya,aku masih melamun
didekat pintu gerbang rumah.Aku membayangkan apa saja yang akan terjadi pada
diriku setelah ini.
---
Seminggu setelah
kejadian itu,kondisiku semakin menurun drastis. Hari ini aku sengaja pulang
cepat. Karena aku tidak ingin anak-anak satu sekolahan lainnya melihat hidungku
sedang berlumuran darah seperti ini.
Sebelum keluar dari
area sekolahan,aku pergi menuju toilet sekolah dulu. Aku berniat untuk
membersihkan darah segar yang masih saja mengalir indah dihidungku..
Tuhan!
Aku kenapa jadi seperti ini? Kenapa aku jadi sering mimisan seperti ini?? Aku
kenapa Tuhan?! ,ucapku pelan sambil menangis didepan kaca toilet sekolah
itu. Aku enggak boleh seperti ini terus!
Buat apa aku minum kayak gini secara rutin,kalok aku malah jadi semakin parah!
Aku.. aku enggak butuh ini lagi! ,ucapku sambil membuang beberapa bungkus
obat-obatannya yang masih tersisa. Setelah itu aku membanting pintu toilet itu
secara emosi lalu bergegas pergi.
---
Aku merasa kepalakusangat
berat. Dadaku juga terasa nyeri. Untuk
bernapas terasa agak sesak. Badanku benar-benar lemas,bahkan untuk
menggerakkannya sedikit saja sangat sulit. Aku juga merasa hidungku sudah mulai
berdarah lagi.Aku kemudian membaringkan tubuh lemahku diatas tempat tidur.
Kondisi
seperti ini sudah biasa aku alami semenjak aku divonis menderita penyakit Pneumonia yang menggerogoti jaringan
parunku. Akibat dari penyakit itu,aku tidak diperbolehkan untuk terlalu lelah. Kini aku
pun kelelahan. Gejala penyakitku pun mulai muncul. Nyeri luar biasa menghantam
dadaku.
Susah
payah aku menggapai meja dan mengambil tas kecilku yang berisi obat-obatan itu.
Aku lalu mengambil sebuah botol kecil berisi pil ,lalu menengguknya. Membiarkan
pil itu tertelan bersamaan dengan air minum yang aku teguk.
Aku
kembali membaringkan diriku di tempat tidur dan mencoba mengabaikan rasa sakit
yang menjalar di seluruh tubuhku.
Setelah
sekian lama terbaring ditempat tidur,akhirnya aku mencoba untuk bangun. Perlahan aku berdiri dan
mencoba berjalan keluar kamar. Tubuh ku terhuyung. Untung saja aku sampat
berpegangan pada tembok. Namun begitu,tetap saja tidak membantu. Belum sempat aku
membuka pintu kamarku,tiba-tiba aku tersungkur jatuh. Hal terakhir yang aku
lihat adalah Ayah dan Bunda yang berlari ke arahku secara bersamaan.
Setelah itu semuanya menjadi gelap.
----
Sebuah
suara terdengar samar-samar,menarik ku
dari alam bawah sadar,sehingga kini aku benar-benar tersadar. Kepalaku terasa
sangat berat. Napasku kini telah berhembus secara normal lagi. Aku merasa
bersyukur. Padahal au tadi sempat mengira bahwa mungkin hidupku sudah berakhir.
Aku membuka mata perlahan. Mengamati keadaan di sekitarku. Aku melihat
dinding bercat putih dan aroma obat-obatan yang sangat khas. Kemudian aku menyadari
bahwa tangan kiri ku telah terpasang beberapa selang infus. Aku menghela napas
sebentar ,”Kenapa lagi aku?” tanyaku sabil
berdecak sebal.
Sesaat
kemudian terlihat Ayah dan Bunda
memasuki ruangan. Terlihat jelas raut wajah mereka yang sangat
mengkhawatirkan keadaan putri kesayangannya yang kini sedang terbaring di rumah
sakit.
Bunda
memegang tanga ku, “Bagaimana keadaanmu,Nak? Sudah membaik?”tanya Bunda pada ku.Aku
hanya menganggukan kepala pelan dan tersenyum kearah kedua orangtuaku yang
sedang berdiri di samping tempat tidurku.
“Aku
kenapa,Yah?” pandangan ku kemudian beralih kepada Ayah yang sedari tadi hanya
berdiri tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
Ayah
terlihat menarik napasnya dalam-dalam, “Apa yang saat ini kamu
rasakan,Nak?”tanyanya kemudian. Aku agak heran dengan pertanyaan yang baru saja
Ayahnya lontarkan. Kemudian aku menjawab , “Vio merasa baik-baik
saja,Yah..”ucapku lemah.
Seketika
itu Ayah dan Bunda meneteskan air matanya perlahan sambil memandangi putrinya
yang sedang terbaring lemah. Kemudian mereka berdua memeluk ku bersamaan. Masih
sambil menangis sesenggukan. Aku bingung dengan kelakuan orangtuaku kali ini. Aku merasa ada yang aneh diantara
mereka. Apakah ada sesuatu yang kini
membuat Ayah dan Bunda begitu bersedih sampai seperti itu? ,tanyakudalam
hati.
---
Setelah
beberapa hari opname dirumah sakit,akhirnya aku bisa juga pulang kerumah. Aku
kangen sekali denga suasana rumah. Dan aku juga kangen dengan suasana
disekolahan.
Pagi
ini aku berniat untuk berangkat kesekolah lagi. Meski Ayah melarang,karena
kondisiku belum membaik 100%,tapi aku tetap keras kepala dan berjanji pada Ayah
bahwa untuk sementara waktu,aku nggak akan main basket dulu. Ayah pun
menyetujui dan mengizinkanku untuk masuk kesekolah kembali.
Jujur,aku
juga sangat kangen dengan Vino. Uhh,sudah lama sekali aku tak melihatnya.
Rasanya kangen ini sudah sangat memuncak sampai-sampai aku tak bisa berhenti
memikirkannya.
Hari
ini juga hari penentuan perkemahan. Aku sudah mempersiapkan segala-galanya jauh
hari. Karena aku sudah tidak sabar untuk mengikuti acara perkemahan itu. semoga
saja pihak sekolah mengizinkanku untuk ikutan acara perkemahan itu.
Namun
saat jam istirahat pertama,aku dipanggil oleh kakak DA. Aku keluar
kelas,menemui kakak DA tersebut dengan wajah malas. Setelah itu,mereka
memberikanku surat keterangan bahwa aku nggak boleh ikutan kemah. Aku membaca
surat itu dengan hati gamang. Di dalam surat itu tertera alasan mengapa aku
nggak dibolehin ikutan kemah. Alasannya karena ‘faktor kesehatan”. Apa-apaan ini? sejak kapan mereka tahu aku
penyakitan? Jangan bilang,kalok selama ini Vino juga udah tau kalok aku
sakit-sakitan?,ucapku dalam hati khawatir. Jangan sampai Vino tahu kalok
aku penyakitan. “Semua anggota DA udah tau isi dari surat ini,Kak?”tanyaku
sesopan mungkin pada kakak DA didepanku. Sebenarnya aku nggak perlu juga harus
menyanyakan pertanyaan bodoh seperti itu,tapi aku hanya ingin memastikan saja
bahwa Vino nggak pernah tau tentang penyakitku.
“Semua anggota DA udah
pada baca semua suratnya”jawab salah satu dari mereka santai. Jleg. Rasanya aku pengen marah,tapi apa
gunanya aku marah sama mereka,mereka hanya menjalankan tugas saja. Sungguh disayangnya perjuanganku selama ini
untuk menutupi semuanya. Dan sekarang Vino pasti udah 100% tahu semuanya
tentang kondisi ku? Oh Tuhan”ucapku dalam hati. mata ku terasa panas,sepertinya
air mataku akan segera tumpah. Tanpa berlama-lama disini aku langsung masuk ke
kelas lagi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
---
Dear
diary..
Hari ini sangat mengecewakan.. ada dua hal yang
membuatku kecewa. Pertama, gara-gara aku nggak boleh ikutan kemah. Padahal aku
udah prepare segalanya. Dan aku nggak suka mereka menjadikan kondisi
kesehatanku sebagai alasan.
Kedua,selama
ini aku udah berusaha untuk menutupi semuanya dari Vino. Jujur,aku nggak mau
Vino tahu semuanya tentang penyakitku. Tentang kondisiku yang semakin hari
semakin memburuk. Aku tak pernah menyangka bahwa akhirnya Vino bakalan
mengetahui segalanya..
Arghh,aku
benar-benar nggak perfect sama sekali. Penyakitan!! Tapi,apa yang harus aku
lakukan? Aku bisa apa untuk mengubah segalanya?
Aku
rasa,sekarang Vino bakalan menghindariku karena dia udah tau yang sebenarnya
tentang penyakitku. Mana mau dia kenal sama cewek peyakitan sepertiku?
Mungkin
aku harus benar-benar melupakannya ya? Nggak mungkin! Mana bisa aku melupakan
dia begitu saja? Ingat! Dia itu first love ku di SMA,jadi kemungkinan bakalan
susah untuk ngelupain dia..
Kecewa
itu memang menguatkan,tapi lama-lama aku nggak kuat juga jika semua orang harus
tau segalanya tentangku. Oh tuhan… berikan aku kemudahan.. aku percaya,bahwa
semuanya akan indah pada waktunya.
---
Siang ini aku memutuskan untuk
menemani Lisa makan siang di kantin sekolahan. Dari tadi dia sudah
merengek-rengek agar aku mau menemaninya makan di kantin. Sebenarnya dulu aku
juga sering makan atau jajan-jajan di kantin,tapi sekarang semuanya sudah
berubah. Aku nggak diperbolehkan lagi makan makanan luar. Yup! Kalian tau apa
makanan yang aku konsumsi sekarang? Sayur-sayuran dan obat. Membosankan sekali.
Padahal aku juga ingin makan makanan apapun tanpa mempedulikan kondisiku. Namun
apa daya? Semakin aku melanggarnya,maka kondisiku akan semakin memburuk. Jadi
hari ini aku memutuskan hanya menemani Lisa makan siang di kantin,tanpa berniat
untuk jajan.
“Vi..Vio!
itu!”ucap Lisa bisik-bisik sambi menyenggol tanganku. Aku yang sedang sibuk
membaca buku bacaanku tak menggubris ucapannya. “Vio! Itu liat!”ucapnya lagi
dengan suara yang lebih keras. Akhirnya aku menyerah juga. Aku menghela napas
sebentar. Pasrah. “Apaan sih,Lis?”tanyaku jengkel. “Itu. Kak Vino dari tadi
ngeliatin ke arah kita terus..”ucapnya sambil menunjuk-nunjuk kearah Vino
dengan dagunya. Secara refleks aku mengikuti arah yang ditunjuk oleh Lisa.
Kemudian aku mendapati Vino juga sedang duduk di bangku kantin masih sambil
melihat kearah kita beruda. Aku heran dengan tingkah Vino sekarang. Kenapa
semenjak pulang dari perkemahan dia jadi sering banget berlama-lama ngeliatin
aku? Apa mungkin dia merasa kasihan ngeliat kondisiku? Tatapan matanya beda
banget. Kali ini tatapan matanya melambangkan sebuah kesedihan. Jangan bilang kalok Vino jadi kasihan sama
aku?,tebakku dalam hati.
Tak ingin berlama-lama dilihatin
seperti itu,akhirnya aku bangkit dari tempat duduk,lalu langsung pergi begitu
saja meninggalkan Lisa yang terbengong-bengon melihat ulahku. “Loh,Vi,mau
kemana? Gue kan belum selesai makannya?”teriak Lisa.
---
Sore
ini aku ingin menghabiskan waktuku di lapangan basket sekolahan. Bukan untuk
bermain basket,tapi hanya untuk menenangkan sedikit perasaanku yang tiba-tiba
menjadi aneh seperti ini.
Aku
berdiri ditengah lapangan sambil mendrible bola basket dengan sembarangan.
Padanganku lurus kedepan dengan tatapan kosong. Pikiranku saat ini hanya
tertuju pada satu orang. Vino.
“Kenapa
cume drible aja?”tanya seorang cowok mengagetkanku. Aku menoleh sebentar
kesumber suara,lalu memandang cowok itu dengan pandangan penuh tanda tanya.
“Kenapa ngeliatinnya begitu?”tanya cowok itu ketika menyadari bahwa sedari tadi
aku memandangnya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
Aku
berjalan gontai menuju bangku diseberang lapangan basket. Cowok itu masih saja
mengikuti langkah kakiku dari belakang. “Boleh cerita kok,kalok lo pengen
cerita..”ucap cowok itu menawarkan. Aku menggeleng. Aku tau,cowok itu teman sekelasnya
Vino,jadi mana mungkin aku bisa bercerita dengan cowok itu.
“Karna
Vino lo jadi kayak gini?”ucap cowok itu,Adam. Seolah-olah cowok itu bisa
membaca pikiranku. “Vino bikin lo sakit hati lagi?”ucap Adam kemudian. Aku
menghela napas pelan. Apakah jika aku
cerita semuanya pada cowok ini,perasaanku akan sedikit tenang?,tanyaku
dalam hati.
“Vino
pernah cerita sama gue,kalok lo kemarin nggak ikutan kemah. Lo tau? Saat ini
Vino juga agak kecewa juga. Padahal ya,dia udah semangat banget mau kemah
bareng elo..”ucap Adam panjang lebar menjelaskan. Aku kaget setelah mendengar
penuturan dari cowok itu. “Setelah pulang dari perkemahan,gue tau,Vino berubah.
Dia terlihat lebih murung daripada biasanya. Dan lo tau,kenapa itu bisa
terjadi? Itu karena dia adalah orang terakhir yang tau kalok selama ini lo
sakit..”ucap Adam pelan,sepertinya ia melihat mataku yang berkaca-kaca. “Lo
juga udah tau kalok gue sakit-sakitan?”tanyaku pelan. Suaraku bergetar. Aku
nggak bisa membayangkan,ternyata semua orang sudah tau bahwa aku penyakitan.
“Tenang
aja,gue nggak bakalan ngejauhin lo Cuma karna faktor penyakit itu kok..”ucap
Adam menenangkanku. Tapi ucapannya barusan sama sekali tidak bisa
menenangkanku. “Vino Cuma cerita sama gue. dan dia minta sama gue buat
ngerahasiain semua ini.Vino itu cowok yang baik. Tapi mungkin,dia enggak
terlalu baik untuk lo. Karna lo lebih bisa mendapatkan cowok yang jauh lebih
baik lagi dari pada Vino….”ucap Adam tiba-tiba.
Aku
heran dengan ucapnya barusan. Vino nggak pantas buatku? “Karena selama ini,dia
Cuma bisa buat lo nangis kan ,Vi? Coba gue tanya,kapan dia pernah buat lo
bahagia? Hampir nggak pernah kan?”ucapnya lagi. Semua yang Adam bilang barusan
memang benar. Selama ini,Vino hanya
selalu membuatku sakit hati,dan mungkin aku pikir,dia nggak pernah sama sekali
membuatku bahagia.
“Tinggalin dia kalok hati lo udah
bener-bener nggak kuat lagi”ucapnya sambil menepuk-nepuk pundakku,kemudian
berlalu meninggalkanku yang masih merenungi ucapannya.
---
Aku
teringat dengan semua kenangan yang pernah aku lalui bersama Vino. Aku tau,itu
mungkin bukan kenangan yang berarti untuk Vino,tapi aku selalu menyimpan
kenangan itu dalam pikiranku,juga hatiku.
Malam
ini,aku berpikir ulang tentang semuanya. Tentang Vino,tenang segala
kenanganku,dan tentang ucapan Adam tadi sore di lapangn basket. Apakah kali ini
aku benar-benar harus melupakannya untuk selama-lamanya?,tanyaku dalam hati
sambil membuka folder bernama “Vino’s Secret” di dalam laptopku. Di dalam
folder tersebut,tersimpan banyak foto-foto dirinya,dan juga hasil gambaranku
yang sengaja aku gambar untuknya.
Kemudian
aku mengeblock semua file yang ada dalam folder tersebut,lalu menghapusnya.
Setelah itu,aku membuka recycle bin,lalu
menghapus kembali file-file tersebut. Kali ini,entah keberanian dari
mana,akhirnya aku bisa juga menghapus semuanya yang berhubungan dengan Vino.
Ya,ini
memang sudah waktunya aku untuk melupakan semua tentang Vino. Benar-benar
melupakannya untuk selama-lamanya.
---
Dear
diary…
Aku memutuskan untuk mengakhiri segala cerita ini…
Mungkin aku terlalu lelah dengan semua kenyataan
ini…
Maafkan aku,Vino…
Mulai sekarang,aku berhenti menjadi secret
admirermu…
Aku pikir,jika aku terus-terusan terjebak dengan
rasa ini,mungkin itu hanya akan mendatangkan rasa sakit…
Adam benar,kamu memang baik..
Dan mungkin lebih baik lagi,jika kita melanjutkan
dunia kita masing-masing..
Aku cukup sadar diri,Vino…
Aku memang tak seperfect mantanmu.. tapi aku punya
satu kelebihan dibanding mantan mu itu..
Yaitu,aku mampu bertahan dengan semua luka yang kau
berikan selama ini…
Terimakasih….
---
-The End-