Assalamualaikum…. Bismillah…
“Ada luka yang tertinggal ketika sesuatu yang berharga akan hilang secara perlahan”
Kali ini aku akan mengungkapkan kesedihan hatiku akhir-akhir ini. Kesedihan yang aku rasakan sejak tiga bulan yang lalu.
“Mengapa hatiku terasa begitu pedih ketika mengingat bahwa waktu kebersamaan kita tak akan lama lagi? Apakah karena aku terlalu sayang,sampai-sampai aku teramat berat melepaskan kalian?” Maybe.
Menghitung hari,detik demi detik. Masa ku nanti apakah ada? Jalan cerita,kisah yang panjang,menghitung hari…
Hariku terasa hampa saat tak bersama kalian. Karena kalian bukan hanya sekedar temanku. Kalian sudah menjadi sahabatku,juga sudah berperan menjadi kakak ku.
Mari kita flashback 7 bulan yang lalu. Masa-masa dimana aku menjadi adik kelas “ternekat” yang berani-beraninya deketin kakak kelas. Yang dengan nekatnya ngasih something ke kakak kelas secara spontan. Bukan. Itu bukan secara spontan sebenarnya. Karena sesungguhnya,aku telah merencanakan hal itu jauh-jauh hari sebelum hari H. Aku telah mempersiapkan mental sedemikian rupa agar tidak pingsan saat berhadapan denganmu. Aku telah mempersiapkan hatiku,jika tiba-tiba kamu menolak pemberian dari ku. Aku telah mempersiapkan air mataku,jika nantinya kamu akan menghina pemberianku. Dan aku telah mempersiapkan senyuman terindah,jika nantinya kamu akan mengatakan “terimakasih” untukku.
Sungguh momen yang sangat memalukan dan tak terlupakan. Awalnya, tak ada yang mempermasalahkan dengan kenekatanku itu. tapi setelah beberapa hari kemudian,entah mengapa ada sebagian temanmu yang agak ‘sinis’ denganku. Entah apa yang membuat mereka bertingkah seperti itu,padahal aku rasa,aku tak punya masalah terhadap mereka. Tapi kenapa,tatapan mata mereka terlihat sedang mengintimidasiku? Berhari-hari aku mencoba cuek dengan perilaku mereka ,aku mencoba bersabar menghadapi mereka,sampai-sampai pada akhirnya,kesabaranku sudah mencapai batasnya.
Mungkin kurang etis jika adik kelas ngelawan ataupun bersikap kurang sopan kepada kakak kelasnya. Memang. Aku sudah tau. Dan dari dulu,peraturannya memang adik kelas diwajibkan untuk selalu bersikap sopan kepada kakak kelasnya. Tapi apa yang terjadi denganku? Boro-boro mau bersikap sopan,aku justru menatap mereka dengan tatapan yang lebih sinis daripada yang mereka lakukan kepadaku. Sopan kah aku? Tentu saja tidak.
Kebencian dan kesinisan itu berjalan sampai kurang lebih 2,5 bulan. Dan apakah aku nyaman di zona mematikan seperti ini? tentu tidak. Aku mencoba memperbaiki keadaan,tapi hasilnya sama saja. Nothing. Aku membiarkan mereka terus membenciku. Biarlah mereka berkata sesuka hatinya. Karena aku sudah lelah menanggapinya. Dan aku memilih untuk diam.
Awal bulan November adalah puncak kemarahanku. Aku menghilang dari hadapan mereka,aku mengganti akun blogku agar mereka tak bisa stalking lagi,aku nge Delcon dia,karena aku benar-benar muak dengan kelakuan mereka yang sangat menjengkelkan. Kemarahanku tak hanya membawa dampak buruk pada duniaku,kemarahanku juga berdampak pada psikolog dan kesehatanku. Aku drop. Daya tahan ku menurun drastis. Aku terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit. Dan aku harus opname untuk beberapa hari.
Hari sebelum aku opname,ada satu-satunya orang yang aku kasih tau akun blog baruku setelah aku menggantinya. Dia juga sekian banyaknya orang yang sering mengunjungi blogku,dan entah menagap aku berinisiatif untuk mengabarinya bahwa aku telah mengganti akun blogku.
Awalnya,aku tak mengenalnya. Aku hanya sekedar tau nama dan kelasnya. Dari sudut penglihatanku,dia terllihat mempunyai sifat seperti diriku,sama-sama cuek. Memang dari luarnya dia terlihat cuek,tapi aslinya dia bukan tipe orang cuek sepertiku. Dan dari situlah awal mula persahabatan kita dimulai.
Berawal dari ketidak sengajaan ku mengiriminya sebuah pesan,sampai tak disangka-sangka,kita justru bisa menjadi sahabat. Waktu aku opname,dia juga dengan berbaik hati menemaniku via chatting. Pagi sebelum sekolah,jam istirahat,pulang sekolah,sore,malam,sampai hampir tengah malam kita pasti selalu bertukar cerita. Meski hanya via chatting,tapi itu sudah membuatku cukup betah di Rumah Sakit. Karena biasanya aku merasa bosan saat di RS,tapi dengan kehadirannya,aku merasa betah & tak merasa kesepian di RS.
Waktu di RS,dia juga tak henti-hentinya memantau perkembanganku. Dia selalu menyemangatiku,agar aku bisa segera sembuh dan bisa masuk sekolah kembali. Karena sudah hampir 1 minggu aku nggak bisa masuk sekolah.
Dia benar-benar baik. Dia menyempatkan waktunya untuk sekedar mendengarkan keluh kesahku. Memberiku saran yang terbaik. Mengajakku bangkit saat aku terjatuh. Benar-benar luar biasa. Dan sampai saat ini,aku menyebutnya sebagai seorang “sahabat” .
---Kembali pada seorang kakak kelas yang dulunya pernah aku kasih something--
Aku seperti terlihat membencinya,padahal aku tak pernah sekalipun membencinya. Why? Karena dia adalah FIRST LOVE ku. Aku baru sadar,bahwa rasa ini bukan hanya sekedar rasa “suka” seperti yang biasanya, aku pikir rasa ini adalah benar-benar rasa yang “sesungguhnya”. Bukankah mencintai tidak harus selalu koar-koar di muka umum? Cukup dipendam dalam hati saja sudah cukup. Tak harus melakukan hal-hal yang teralu over dramatis.
Mencintai juga tak harus selalu memilikinya,bukan? Walaupun sudah cukup lama aku mencintainya,aku tak pernah sekalipun berkeinginan untuk memilikinya. Karena aku mencintainya dengan tulus. Bukan karena semata-mata posesif.
Apakah saat ini hatiku masih untuknya? Jawabannya ‘masih’. Dari dulu sampai sekarang,rasa ini nggak akan berubah. One and Only.
Mencintaimu apakah harus sesakit ini?
Menantikanmu apakah harus sesabar ini?
Memperjuangkanmu apakah harus seberat ini?
Menanti harapan yang tak pasti
Mencintai apa yang bukan milikku lagi
Segenap cinta yang diperjuangkan,
tak pernah sebanding dengan kenyataan
begitu menyakitkan bahkan mengecewakan
Dengan segenap keikhlasan, aku melepaskanmu
Merelakanmu melangkah dengan cinta yang baru
Karena itulah tujuan utamaku,
Mempersembahkan kebahagiaan untukmu…
---
Aku rasa,semua ini berjalan terlalu cepat. Berat hati melepaskan mereka pergi. Karena mereka adalah dua laki-laki yang sama-sama sangat berharganya. Dua laki-laki yang dapat berperan sebagai sahabat sekaligus sebagai kakak. Selalu melindungiku & tak pernah rela membiarkan aku menangis. Dan mereka adalah 2 sosok laki-laki yang selalu memberikanku semangat.
Taukah kalian,apa yang membuatku bersemangat untuk segera pulang dari RS dan ingin segera masuk sekolah? Karena aku ingin sekali bertemu dengan kalian. Kalian yang membantuku menguatkanku untuk melewati berbagai penyakitku ini. kalian yang benar-benar berjasa dalam keberhasilanku melewati cobaan ini. mungkin jika tak ada kalian,aku tak punya semangat untuk melawan penyakit ini. tapi berkat kehadiran kalian,aku mampu melewatinya dengan mudah.
Waktu terus saja berjalan dengan sadisnya. Aku & kalian akan segera berpisah. Kalian akan melanjutkan kehidupan kalian yang lebih terarahkan lagi. Disekolahan,aku tak akan bisa menemukan kalian lagi. Di koridor,aku tak akan pernah berpapasan lagi dengan kalian. Di lapangan,aku tak akan lagi melihat kalian olahraga. Dan di mushola,aku tak akan pernah lagi melihat kalian bersembahyang. Semuanya pasti akan benar-benar terasa sangat berbeda saat kalian telah lulus nantinya…
Aku tak bisa membayangkan bagaimana perjalananku nantinya saat kalian telah tak berada satu sekolahan denganku lagi. Siapa lagi yang akan menyemangatiku? Siapa lagi yang akan menengokku saat aku berada di UKS? Siapa lagi yang akan mengejekku saat nilai matematikaku berantakan? Siapa lagi yang akan memberikan ucapan selamat saat nilai fisika/kimiaku almost perfect? Siapa lagi yang akan mengkritik sifat cuekku? Siapa lagi yang akan membuatku menangis? Dan siapa lagi yang akan melindungiku saat aku disakiti oleh orang lain? siapa lagi?
Jika bisa meminta,aku ingin sekali kita selalu bersama-sama. Aku ingin kita selalu bisa bersahabat. Dan jika bisa,aku ingin meminta agar kalian nggak pergi secepat ini. tapi apalah dayaku? Aku nggak boleh egois. Ini yang terbaik untuk kalian. Kalian punya cita-cita yang harus kalian kejar. Dan aku tak boleh menghalang-halanginya.
Berat? Tentu. Berusaha mengikhlaskan,tapi air mata yang tak dapat dicegah. Derai air mata terus saja mengalir jika mengingat segala kenangan yang akan segera berakhir.
Sedih? Tentu. Ingin sekali mengulur waktu,agar kalian bisa sedikit lebih lama untuk tetap tinggal disini.
Aku akan mendoakan yang terbaik untuk kalian. Aku ingin melihat kalian sukses dunia akhirat. Aku ingin kalian membahagiakan orang tua kalian. Aku ikut bahagia jika melihat kalian sukses.
Pada akhirnya,sahabat sejati akan berusaha merelakan sahabatnya untuk pergi demi kebahagiaannya..
Kita tengah berjuang mengalahkan perasaan kita dengan keimanan,sebuah ketundukan dan ketaatan dalam ketetapan-Nya. Kita berjuang untuk melepaskan angan-angan dan harapan yang salah bersandar. Kita berjuang mengembalikan hati kita dalam genggaman-Nya. Semoga Allah menyelamatkan orang-orang yang lemah karena jatuh cinta. Kita percaya,kita tidak akan dibiarkan tersesat oleh-Nya. Rasa cinta-Nya selalu mampu mengalahkan kekhawatiran dan ketakutan hati.
Vote : semangat Ujian Mas-Mbak semuanya. Semoga dipermudah dan dilancarkan. Aku hanya bisa bantu doa. Semoga diberikan yang terbaik. Tetap selalu semangat apapun yang terjadi,karena semua tak akan pernah terbuang sia-sia. Maafkan jika ada kelakuanku yang kurang berkenan di hati kalian semua. Aku hanyalah seorang manusia biasa yang tak pernah bisa terlepas dari kesalahan.
“Sukses Mas-Mbak Duplay’25…”
Anggraini
“Ada luka yang tertinggal ketika sesuatu yang berharga akan hilang secara perlahan”
Kali ini aku akan mengungkapkan kesedihan hatiku akhir-akhir ini. Kesedihan yang aku rasakan sejak tiga bulan yang lalu.
“Mengapa hatiku terasa begitu pedih ketika mengingat bahwa waktu kebersamaan kita tak akan lama lagi? Apakah karena aku terlalu sayang,sampai-sampai aku teramat berat melepaskan kalian?” Maybe.
Menghitung hari,detik demi detik. Masa ku nanti apakah ada? Jalan cerita,kisah yang panjang,menghitung hari…
Hariku terasa hampa saat tak bersama kalian. Karena kalian bukan hanya sekedar temanku. Kalian sudah menjadi sahabatku,juga sudah berperan menjadi kakak ku.
Mari kita flashback 7 bulan yang lalu. Masa-masa dimana aku menjadi adik kelas “ternekat” yang berani-beraninya deketin kakak kelas. Yang dengan nekatnya ngasih something ke kakak kelas secara spontan. Bukan. Itu bukan secara spontan sebenarnya. Karena sesungguhnya,aku telah merencanakan hal itu jauh-jauh hari sebelum hari H. Aku telah mempersiapkan mental sedemikian rupa agar tidak pingsan saat berhadapan denganmu. Aku telah mempersiapkan hatiku,jika tiba-tiba kamu menolak pemberian dari ku. Aku telah mempersiapkan air mataku,jika nantinya kamu akan menghina pemberianku. Dan aku telah mempersiapkan senyuman terindah,jika nantinya kamu akan mengatakan “terimakasih” untukku.
Sungguh momen yang sangat memalukan dan tak terlupakan. Awalnya, tak ada yang mempermasalahkan dengan kenekatanku itu. tapi setelah beberapa hari kemudian,entah mengapa ada sebagian temanmu yang agak ‘sinis’ denganku. Entah apa yang membuat mereka bertingkah seperti itu,padahal aku rasa,aku tak punya masalah terhadap mereka. Tapi kenapa,tatapan mata mereka terlihat sedang mengintimidasiku? Berhari-hari aku mencoba cuek dengan perilaku mereka ,aku mencoba bersabar menghadapi mereka,sampai-sampai pada akhirnya,kesabaranku sudah mencapai batasnya.
Mungkin kurang etis jika adik kelas ngelawan ataupun bersikap kurang sopan kepada kakak kelasnya. Memang. Aku sudah tau. Dan dari dulu,peraturannya memang adik kelas diwajibkan untuk selalu bersikap sopan kepada kakak kelasnya. Tapi apa yang terjadi denganku? Boro-boro mau bersikap sopan,aku justru menatap mereka dengan tatapan yang lebih sinis daripada yang mereka lakukan kepadaku. Sopan kah aku? Tentu saja tidak.
Kebencian dan kesinisan itu berjalan sampai kurang lebih 2,5 bulan. Dan apakah aku nyaman di zona mematikan seperti ini? tentu tidak. Aku mencoba memperbaiki keadaan,tapi hasilnya sama saja. Nothing. Aku membiarkan mereka terus membenciku. Biarlah mereka berkata sesuka hatinya. Karena aku sudah lelah menanggapinya. Dan aku memilih untuk diam.
Awal bulan November adalah puncak kemarahanku. Aku menghilang dari hadapan mereka,aku mengganti akun blogku agar mereka tak bisa stalking lagi,aku nge Delcon dia,karena aku benar-benar muak dengan kelakuan mereka yang sangat menjengkelkan. Kemarahanku tak hanya membawa dampak buruk pada duniaku,kemarahanku juga berdampak pada psikolog dan kesehatanku. Aku drop. Daya tahan ku menurun drastis. Aku terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit. Dan aku harus opname untuk beberapa hari.
Hari sebelum aku opname,ada satu-satunya orang yang aku kasih tau akun blog baruku setelah aku menggantinya. Dia juga sekian banyaknya orang yang sering mengunjungi blogku,dan entah menagap aku berinisiatif untuk mengabarinya bahwa aku telah mengganti akun blogku.
Awalnya,aku tak mengenalnya. Aku hanya sekedar tau nama dan kelasnya. Dari sudut penglihatanku,dia terllihat mempunyai sifat seperti diriku,sama-sama cuek. Memang dari luarnya dia terlihat cuek,tapi aslinya dia bukan tipe orang cuek sepertiku. Dan dari situlah awal mula persahabatan kita dimulai.
Berawal dari ketidak sengajaan ku mengiriminya sebuah pesan,sampai tak disangka-sangka,kita justru bisa menjadi sahabat. Waktu aku opname,dia juga dengan berbaik hati menemaniku via chatting. Pagi sebelum sekolah,jam istirahat,pulang sekolah,sore,malam,sampai hampir tengah malam kita pasti selalu bertukar cerita. Meski hanya via chatting,tapi itu sudah membuatku cukup betah di Rumah Sakit. Karena biasanya aku merasa bosan saat di RS,tapi dengan kehadirannya,aku merasa betah & tak merasa kesepian di RS.
Waktu di RS,dia juga tak henti-hentinya memantau perkembanganku. Dia selalu menyemangatiku,agar aku bisa segera sembuh dan bisa masuk sekolah kembali. Karena sudah hampir 1 minggu aku nggak bisa masuk sekolah.
Dia benar-benar baik. Dia menyempatkan waktunya untuk sekedar mendengarkan keluh kesahku. Memberiku saran yang terbaik. Mengajakku bangkit saat aku terjatuh. Benar-benar luar biasa. Dan sampai saat ini,aku menyebutnya sebagai seorang “sahabat” .
---Kembali pada seorang kakak kelas yang dulunya pernah aku kasih something--
Aku seperti terlihat membencinya,padahal aku tak pernah sekalipun membencinya. Why? Karena dia adalah FIRST LOVE ku. Aku baru sadar,bahwa rasa ini bukan hanya sekedar rasa “suka” seperti yang biasanya, aku pikir rasa ini adalah benar-benar rasa yang “sesungguhnya”. Bukankah mencintai tidak harus selalu koar-koar di muka umum? Cukup dipendam dalam hati saja sudah cukup. Tak harus melakukan hal-hal yang teralu over dramatis.
Mencintai juga tak harus selalu memilikinya,bukan? Walaupun sudah cukup lama aku mencintainya,aku tak pernah sekalipun berkeinginan untuk memilikinya. Karena aku mencintainya dengan tulus. Bukan karena semata-mata posesif.
Apakah saat ini hatiku masih untuknya? Jawabannya ‘masih’. Dari dulu sampai sekarang,rasa ini nggak akan berubah. One and Only.
Mencintaimu apakah harus sesakit ini?
Menantikanmu apakah harus sesabar ini?
Memperjuangkanmu apakah harus seberat ini?
Menanti harapan yang tak pasti
Mencintai apa yang bukan milikku lagi
Segenap cinta yang diperjuangkan,
tak pernah sebanding dengan kenyataan
begitu menyakitkan bahkan mengecewakan
Dengan segenap keikhlasan, aku melepaskanmu
Merelakanmu melangkah dengan cinta yang baru
Karena itulah tujuan utamaku,
Mempersembahkan kebahagiaan untukmu…
---
Aku rasa,semua ini berjalan terlalu cepat. Berat hati melepaskan mereka pergi. Karena mereka adalah dua laki-laki yang sama-sama sangat berharganya. Dua laki-laki yang dapat berperan sebagai sahabat sekaligus sebagai kakak. Selalu melindungiku & tak pernah rela membiarkan aku menangis. Dan mereka adalah 2 sosok laki-laki yang selalu memberikanku semangat.
Taukah kalian,apa yang membuatku bersemangat untuk segera pulang dari RS dan ingin segera masuk sekolah? Karena aku ingin sekali bertemu dengan kalian. Kalian yang membantuku menguatkanku untuk melewati berbagai penyakitku ini. kalian yang benar-benar berjasa dalam keberhasilanku melewati cobaan ini. mungkin jika tak ada kalian,aku tak punya semangat untuk melawan penyakit ini. tapi berkat kehadiran kalian,aku mampu melewatinya dengan mudah.
Waktu terus saja berjalan dengan sadisnya. Aku & kalian akan segera berpisah. Kalian akan melanjutkan kehidupan kalian yang lebih terarahkan lagi. Disekolahan,aku tak akan bisa menemukan kalian lagi. Di koridor,aku tak akan pernah berpapasan lagi dengan kalian. Di lapangan,aku tak akan lagi melihat kalian olahraga. Dan di mushola,aku tak akan pernah lagi melihat kalian bersembahyang. Semuanya pasti akan benar-benar terasa sangat berbeda saat kalian telah lulus nantinya…
Aku tak bisa membayangkan bagaimana perjalananku nantinya saat kalian telah tak berada satu sekolahan denganku lagi. Siapa lagi yang akan menyemangatiku? Siapa lagi yang akan menengokku saat aku berada di UKS? Siapa lagi yang akan mengejekku saat nilai matematikaku berantakan? Siapa lagi yang akan memberikan ucapan selamat saat nilai fisika/kimiaku almost perfect? Siapa lagi yang akan mengkritik sifat cuekku? Siapa lagi yang akan membuatku menangis? Dan siapa lagi yang akan melindungiku saat aku disakiti oleh orang lain? siapa lagi?
Jika bisa meminta,aku ingin sekali kita selalu bersama-sama. Aku ingin kita selalu bisa bersahabat. Dan jika bisa,aku ingin meminta agar kalian nggak pergi secepat ini. tapi apalah dayaku? Aku nggak boleh egois. Ini yang terbaik untuk kalian. Kalian punya cita-cita yang harus kalian kejar. Dan aku tak boleh menghalang-halanginya.
Berat? Tentu. Berusaha mengikhlaskan,tapi air mata yang tak dapat dicegah. Derai air mata terus saja mengalir jika mengingat segala kenangan yang akan segera berakhir.
Sedih? Tentu. Ingin sekali mengulur waktu,agar kalian bisa sedikit lebih lama untuk tetap tinggal disini.
Aku akan mendoakan yang terbaik untuk kalian. Aku ingin melihat kalian sukses dunia akhirat. Aku ingin kalian membahagiakan orang tua kalian. Aku ikut bahagia jika melihat kalian sukses.
Pada akhirnya,sahabat sejati akan berusaha merelakan sahabatnya untuk pergi demi kebahagiaannya..
Kita tengah berjuang mengalahkan perasaan kita dengan keimanan,sebuah ketundukan dan ketaatan dalam ketetapan-Nya. Kita berjuang untuk melepaskan angan-angan dan harapan yang salah bersandar. Kita berjuang mengembalikan hati kita dalam genggaman-Nya. Semoga Allah menyelamatkan orang-orang yang lemah karena jatuh cinta. Kita percaya,kita tidak akan dibiarkan tersesat oleh-Nya. Rasa cinta-Nya selalu mampu mengalahkan kekhawatiran dan ketakutan hati.
Vote : semangat Ujian Mas-Mbak semuanya. Semoga dipermudah dan dilancarkan. Aku hanya bisa bantu doa. Semoga diberikan yang terbaik. Tetap selalu semangat apapun yang terjadi,karena semua tak akan pernah terbuang sia-sia. Maafkan jika ada kelakuanku yang kurang berkenan di hati kalian semua. Aku hanyalah seorang manusia biasa yang tak pernah bisa terlepas dari kesalahan.
“Sukses Mas-Mbak Duplay’25…”
Anggraini
Semangat terus de.... :)
ReplyDeleteSiap 🙏
Delete